REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivitas ekonomi warga penghuni Kalijodo terlihat sepi, Selasa (16/2). Dari pagi hingga sore, mayoritas warung dan tempat hiburan yang ada di situ tampak tutup.
Kawasan Kalijodo membentang sepanjang sekitar satu kilometer di sisi timur Kanal Banjir Barat (KBB), Jakarta. Sebagian besar wilayahnya masuk dalam wilayah Kelurahan Pejagalan Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara. Sementara, sisanya merupakan bagian dari wilayah Kelurahan Angke Kecamatan Tambora Jakarta Barat.
Menurut penuturan seorang warga, Mami (51 tahun), puluhan tempat hiburan yang berada di Kalijodo hanya aktif pada malam hari. "Bar, kafe, dan rumah-rumah bordil yang ada di sini baru mulai ramai sehabis Isya," ujar Mami kepada Republika.co.id, Selasa (16/2).
Sementara, warung-warung atau tempat makan yang terdapat di Kalijodo biasanya sudah buka sejak pagi hari. Akan tetapi, berdasarkan pantauan dari pagi hingga sore, hanya sedikit warung di kawasan pelacuran itu yang tampak melakukan jual beli. Kabar penggusuran Kalijodo oleh Pemprov DKI beberapa waktu lalu ikut berimbas kepada pemasukan warga setempat yang menggantungkan nafkahnya di warung-warung kecil di sekitar situ.
Setiap sore, kata Mami, para perempuan penghibur di Kalijodo biasanya sudah mulai pergi ke salon-salon yang terdapat di kawasan itu buat meriasi diri. "Tapi lihatlah, sore ini nyaris tidak ada yang mau pergi ke salon. Mungkin mereka takut atau malu bertemu wartawan yang sudah berdatangan ke lokasi ini sejak pagi," tutur Mami.
Perempuan asli Betawi itu mengungkapkan, para pelacur yang bekerja di Kalijodo umumnya berasal dari luar Jakarta, seperti Bogor, Sukabumi, Bandung, Solo, dan daerah-daerah lainnya. Sebagian mereka tinggal di rumah-rumah kos yang ada di Kalijodo.
Harga sewa kamar kos di kawasan tersebut cukup variatif. "Kalau di tempat saya, satu kamar berkisar Rp 1 jutaan per bulan, tergantung luas dan fasilitas kamarnya," ucap Mami yang juga pemilik salah satu rumah kos di Kalijodo.