Selasa 16 Feb 2016 17:49 WIB

Nelayan Menganggur Akibat Gelombang Tinggi

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Friska Yolanda
Nelayan
Foto: Republika/ Wihdan
Nelayan

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Ratusan nelayan tradisional di Kabupaten Indramayu sulit melaut akibat gelombang tinggi. Mereka terpaksa beralih profesi agar asap dapur tetap mengepul.

Ketua Serikat Nelayan Tradisional (SNT) Kajidin mengatakan, gelombang tinggi terjadi sejak beberapa pekan terakhir. Menurutnya, ketinggian gelombang bisa mencapai 2,5 meter.

“Nelayan kecil yang kapalnya kurang dari 10 GT (gross tonne--Red), jelas tak bisa melaut,” ujar Kajidin kepada Republika.co.id, Selasa (16/2). 

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, nelayan terpaksa beralih profesi. Di antaranya, menjadi kuli bangunan, pengayuh becak, pemulung mau pun bekerja di bengkel sepeda. 

Namun, ada pula nelayan yang tetap memaksakan diri untuk melaut. Mereka melaut di sela-sela kondisi cuaca yang kadang membaik. Namun, jika tiba-tiba cuara buruk, mereka akan kembali pulang atau berlindung ke muara terdekat. “Istilahnya colong-colong,” ujarnya.

Kajidin mengakui, sejak Senin (15/2), ketinggian gelombang mulai berkurang. Namun, nelayan harus tetap waspada karena gelombang tinggi bisa tiba-tiba terjadi.

Salah seorang nelayan di Desa Singaraja, Kecamatan Indramayu, War, menuturkan, gelombang tinggi di laut membuatnya mengalami masa paceklik. Pasalnya, dia tidak bisa melaut untuk mencari ikan.

War pun terkadang memaksakan diri melaut demi memperoleh uang bagi keluarganya. Namun, dia harus cermat memperhatikan kondisi cuaca sebelum berangkat melaut. “Melaut pun di pinggiran saja supaya bisa segera kembali ke darat kalau gelombang tiba-tiba tinggi,” tutur War.

Sementara itu, meski tak terlalu terganggu gelombang tinggi, para nelayan yang kapalnya berbobot di atas 30 GT di Kabupaten Indramayu hingga kini terkendala minimnya mesin pendingin (freezer). Padahal, mesin itu dibutuhkan untuk menyimpan hasil tangkapan.‬

Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, jumlah kapal nelayan selama 2015 mencapai 6.059 kapal. Dari jumlah itu, yang masuk kriteria kapal besar hanya 800-900 kapal.‬ Dari jumlah itu, baru 10 persen yang dilengkapi mesin pendingin.

Kabid Program Dinas Kelautan dan Perikanan Indramayu M Sam'un mengatakan,‬ keberadaan mesin pendingin sangat dibutuhkan agar ikan hasil tangkapan di laut tidak cepat membusuk. Dengan demikian, harga jual ikan tetap tinggi. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement