REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari 1 Januari hingga 12 Februari 2016 telah terjadi bencana banjir, longsor dan puting beliung di 290 kabupaten/kota di Indonesia. Dampak yang ditimbulkan 45 orang tewas, 48 orang luka-luka, hampir satu jiwa mengungsi, dan ribuan rumah rusak.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tercatat selama kurun waktu tersebut telah terjadi 122 kejadian banjir melanda di 23 provinsi. Sebanyak 14 orang tewas, lebih dari 946 ribu jiwa mengungsi, 1.767 rumah rusak, puluhan ribu rumah terendam banjir dam 281 bangunan fasum rusak.
Begitu pula dengan longsor, terjadi 65 kali di 12 provinsi yang menyebabkan 29 orang tewas, 11 orang luka, 1.319 orang mengungsi dan 387 rumah rusak.
Puting beliung juga terjadi 103 kali di 17 provinsi yang menyebabkan 2 orang tewas, 34 orang luka, 779 jiwa mengungsi dan 1.660 rumah rusak.
"Jelas di sini bahwa bencana dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat. Artinya bencana dapat menghambat pembangunan, dan sebaliknya pembangunan dapat meningkatkan bencana jika tidak memperhatikan aspek-aspek pengurangan risiko bencana,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Huma BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Ahad (14/2).
(Baca juga: Februari, Puncak Musim Hujan)
Sutopo mengatakan untuk mengantisipasi banjir, longsor dan puting beliung, pemerintah pusat dan daerah sudah melakukan langkah-langkah antisipasi sejak November 2015.
BNPB telah melakukan rapat koordinasi dengan berbagai kementerian, lembaga dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). BNPB telah mendistribusikan dana siap pakai Rp 150 miliar kepada BPBD yang memiliki daerah rawan banjir dan longsor. Perkuatan logistik dan peralatan seperti kendaraan, tenda, makanan siap saji, obat-obatan, alat SAR, radio komunikasi, pembangunan pusat pengendali operasi, peralatan dapur umum dan lainnya dilakukan untuk memperkuat buffer stock di BPBD.
Pelatihan dan peningkatan kapasitas juga dilakukan kepada personel-personel BPBD. Pada saat terjadi bencana, semua bantuan tadi dikerahkan untuk penanganan darurat.