REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta Pemerintah Provinsi Lampung dapat mendorong para petani kopi meningkatkan produksi kopi mengingat daerah itu merupakan produsen terbesar kopi robusta secara nasional.
"Petani kopi Lampung harus bisa meningkatkan produksi dan produktivitasnya, bagaimana caranya, dengan membantu petani baik itu dari teknologi maupun pupuk yang diperlukan," kata Jusuf Kalla usai memimpin Rapat Pengembangan Kopi Nasional di rumah dinas Gubernur Lampung, di Bandarlampung, Sabtu (13/2).
Rapat tersebut dihadiri Menteri Pertanian, Menteri Perindustrian, Dirut BRI, Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung beserta, Muspida Lampung, Ketua DPRD Lampung, Gubernur Jambi, Wagub Aceh, dan 40 Kepala Dinas Perkebunan kabupaten di tujuh provinsi di Indonesia.
Kalla menyatakan Lampung merupakan penghasil kopi robusta terbesar di Tanah Air sehingga diharapkan dapat terus meningkatkan produksi dan produktivitasnya.
"Upaya lain yang perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas petani kopi Lampung yakni dengan memberikan pelatihan bercocok tanam bagi petani agar kualitas hasil perkebunan ini lebih baik dari wilayah lain," kata Kalla.
Nilai ekspor biji kopi robusta Lampung selama tahun 2015 mencapai 582,5 juta dolar Amerika Serikat dengan volume 315.276 ton. Tahun 2015 ekspor biji kopi tertinggi terjadi di bulan Agustus sebesar 40.358 ton senilai 70,6 juta dolar AS.
Saat ini harga biji kopi kering sekitar Rp21.000/kg di tingkat pedagang pengepul, sedangkan di tingkat pengekspor sebesar Rp22.800/kg.
Produktivitas kopi Lampung mencapai 800 kilogram-900 kilogram per hektare, dengan sentra produksi di Kabupaten Lampung Barat 65.010 hektare, Tanggamus 43.897 hektare, serta 22.594 hektare lainnya tersebar di Kabupaten Waykanan, Lampung Utara, Pringsewu, dan Pesawaran.
Menurut Kalla, petani kopi akan mendapatkan pelatihan dan bantuan peralatan untuk menunjang peningkatan produksinya. "Produksi kopi Indonesia sampai dengan hari ini memang stagnan hanya sekitar 500 ribu ton untuk tahun lalu, dengan kenaikan mencapai satu persen," katanya pula.
Kalla mengatakan, untuk meningkatkan produktivitas itu, upaya pemerintah adalah dengan memberikan pelatihan dan pembinaan cara bertani kopi, sehingga petani akan mendapatkan hasil yang lebih tinggi dengan kualitas terbaik.
Indonesia pernah tercatat sebagai produsen kopi terbesar kedua di dunia setelah Brasil, namun kini Indonesia hanya pada posisi ketiga di bawah Brasil dan Vietnam. Padahal sebelumnya, Vietnam belajar mengembangkan tanaman kopi dari Indonesia pada tahun 1970-an, kata Kalla pula.
Kalla membeberkan, pertumbuhan konsumsi kopi dunia setiap tahun naik 15 persen, tapi produksi kopi Indonesia hanya naik 1 persen, bahkan dalam lima tahun terakhir malah stagnan. Dulu Vietnam produksi kopinya hanya 630.000 ton per tahun, sekarang Vietnam sudah memproduksi 1,2 juta ton per tahun atau dua kali lipat produksi kopi Indonesia.
Kalla mengingatkan, produksi kopi di Indonesia tak banyak berubah sejak dikembangkan zaman kolonial. Pada sisi lain produktivitas kopi per hektare per tahun masih 600--700 kg, jauh di bawah produktivitas kopi Vietnam yang mencapai 1,5 ton per hektare, dan Brasil di atas 2 ton per hektare per tahun.
"Dulu produksi kopi Vietnam setahun 630.000 ton, sekarang naik dua kali lipat menjadi 1,2 juta ton per tahun. Kita masih 600.000 ton dari dulu sampai sekarang. Padahal kita yang lebih dulu, kita yang ajari mereka," kata Wapres JK pula.
Lahan budidaya kopi Indonesia hampir sama dengan Brasil, yakni sebesar 1.246.810 hektare, namun produksi kopi Indonesia pada tahun 2015 hanya 685.000 ton, kalah dibandingkan Brasil sebesar 3 juta ton, dan Vietnam 1,32 juta ton.
Wapres JK menyatakan, Indonesia juga memiliki keunggulan berbagai jenis kopi dengan cita rasa khas yang dikenal dunia, seperti kopi Gayo, kopi Mandailing, kopi Lampung, kopi Java, kopi Kintamani, kopi Toraja, kopi Bajawa, kopi Wamena dan kopi Luwak.
"Pemerintah daerah sudah sepakat akan memberikan pelatihan bagi petani kopi, agar produksinya meningkat," kata Kalla lagi.
Wapres minta terutama untuk Provinsi Lampung yang merupakan penghasil kopi robusta terbesar di Tanah Air, harus bisa meningkatkan produksi kopi lebih tinggi dari sebelumnya.