Sabtu 13 Feb 2016 04:02 WIB

Limbah Beracun akan Diolah Jadi Energi Listrik

Rep: Sonia Fitri/ Red: Nur Aini
Kontainer berisi limbah berbahaya dan beracun kategori B3 ditemukan di pelabuhan
Foto: Republika/Agung Fatma Putra
Kontainer berisi limbah berbahaya dan beracun kategori B3 ditemukan di pelabuhan

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mulai menyeriusi konsep Waste to Energi atau pengolahan limbah dari Bahan Beracun Berbahaya (B3) untuk dijadikan energi baru terbarukan, termasuk untuk listrik. Hal tersebut merespons perkembangan industri nasional yang terus berkembang pesat dan otomatis menghasilkan limbah yang meningkat pula.

"Petunjuk Presiden, sampah harus dibereskan, kita punya perusahaan pengolahan limbah satu-satunya, tapi kepemilikan negara hanya lima persen saja di Kementerian BUMN, ini harus diperhatikan," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar dalam kunjungan kerja ke PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI), di Bogor, Jumat (12/2).

Perusahaan yang ia maksud yakni PPLI, perusahaan pengolahan limbah di Indonesia yang beroperasi sejak 1994. Perusahaan saat ini menyediakan jasa pengelolaan limbah terpadu untuk pelanggan komersial dan industri. Perusahaan dimiliki oleh Modern Asia Envitonmental Holdings (MAEH) sebesar 95 persen dan pemerintah Indonesia sebesar 5 persen.

Menurut Siti, PPLI merupakan BUMN masa depan dan harus dikuatkan di tengah iklim politik yang sedang bagus. Pemerintah, kata dia, tengah merancang pengolahan sampah menjadi energi listrik dengan teknologi termal.

Penerapan energi nantinya dapat diterapkan di tujuh wilayah yakni DKI Jakarta, Surabaya, Makasar, Semarang, Solo, Bandung, dan Balikpapan. Dengan kata lain, sampah di kota-kota tersebut nantinya tidak boleh lagi dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Kebijakan tersebut akan dikoordinasikan lebih lanjut dengan kementerian teknis lainnya.

Menyambut hal tersebut, Presiden Direktur PT PPLI Koji Kuroki berniat meningkatkan investasi di Indonesia sehingga dapat lebih meningkatkan kapasitas penanganan limbah industri yang jenisnya beraneka ragam. "Tugas kami selama ini didukung Menteri dan jajaran KLHK, terutama dalam menangani limbah berbahaya," katanya.

KLHK mencatat, setiap tahun kota-kota di dunia menghasilkan sampah hingga 1,3 miliar ton. Bank Dunia memperkirakan pada 2025 jumlah tersebut bertambah hingga 2,2 milir ton. Fakta tentang sampah nasional pun sudah cukup meresahkan yakni penghasil sampah plastik ke laut peringkat kedua di dunia setelah Cina.

Selain itu sampah plastik hasil dari 100 toko dan gerai anggota Aprindo selama setahun akan menghasilkan 10,95 juta lembar sampah kantong plastik yang berarti sama dengan luasan 65,7 hektare kantong plastik atau sekitar 60 kali luas lapangan sepakbola.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement