REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar, Bali, mampu melakukan program bayi tabung, karena sudah memiliki dokter ahli dan sarana prasarana yang lengkap. "Hari ini kami sudah menangani seorang pasien yang mengikuti program bayi tabung, karena empat tahun pasangan suami-isteri ini belum memiliki anak," kata Dirut RSUP Sanglah Anak Ayu Sri Saraswati di Denpasar, Jumat (12/2).
Namun pihak rumah sakit tidak memberikan secara rinci identitas pasien yang mengikuti program bayi tabung karena ingin menjaga privasi pasien. Diharapkan langkah ini tidak membuat stigma negatif di lingkungan masyarakat tempat pasien itu tinggal.
Setelah melalui proses persalinan secara caesar, pasien yang menjalani program bayi tabung itu akhirnya melahirkan anak kembar laki-laki. Namun, hanya satu bayi laki-laki yang tertolong dengan berat badan 2,5 kilogram. Sedangkan satu bayi lagi meninggal dunia karena memiliki berat badan hanya 1,7 kilogram atau di bawah normal."Kami tidak menjamin semua pasien yang ikut program bayi tabung berjalan sukses, karena banyak juga yang gagal," ujarnya.
Namun, ia berharap melalui program ini dapat menginformasikan kepada masyarakat bahwa RSUP Sanglah sudah dapat melakukan upaya membantu pasangan suami istri yang belum memiliki buah hati dengan mengikuti program bayi tabung. Upaya yang dilakukan RSUP Sanglah tersebut ingin membantu masyarakat yang belum mempunyai buah hati, sehingga program bayi tabung yang berhasil patut disyukuri.
Anak Ayu mengatakan sebenarnya program bayi tabung sudah dilakukan RSUP Sanglah sejak 2001. Pihaknya mencatat, dari 2001 hingga 2015 sudah berhasil melakukan bayi tabung sebanyak 69 bayi, namun yang keguguran atau gagal sebanyal 31 bayi.
Untuk biaya yang dibutuhkan tidak sebanyak yang dibayangkan masyarakat. "Kami tidak melihat orientasi provit, namun kita ingin menjalankan jiwa sosial," ujarnya.
Ia menambahkan, hingga saat ini untuk program bayi tabung belum ditanggung BPJS. Sehingga pasien yang ingin menjalankan program bayi tabung rata-rata diikuti masyarakat kalangan menengah ke atas.