REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) difteri. Penetapan menyusul ditemukannya penderita positif difteri.
''Sebelumnya difteri tidak ada di Indramayu, sekarang ada. Karena itu kami tetapkan KLB,'' tegas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (12/2).
Dedi menyatakan, dengan ditetapkannya status KLB difteri, maka biaya pengobatan pasien difteri akan ditanggung Pemkab Indramayu. Selain itu, akan dilakukan imunisasi massal, terutama bagi masyarakat yang tinggal di sekitar rumah penderita difteri di Kedokanbunder.
Seperti diketahui, Lusiana (6), warga RT 09 RW 02 Blok Wetan, Desa Kedokan Agung, Kecamatan Kedokan Bunder, Kabupaten Indramayu, dinyatakan positif difteri oleh RSUD Gunung Jati Cirebon. Namun, pasien tersebut menolak untuk dirawat di rumah sakit tersebut dan memilih pulang paksa, Sabtu (6/2).
Kepala puskesmas Kedokan Bunder, bersama kepala desa, camat dan kapolsek setempat pun terus membujuk agar pasien bersedia dirawat kembali di rumah sakit. Pasalnya, difteri sangat mudah menular dan bisa menimbulkan wabah di tengah masyarakat.
Pasien akhirnya bersedia masuk ke RSUD Indramayu pada Ahad (7/2). Namun, berdasarkan pemeriksaan dokter spesialis anak di RSUD Indramayu, tidak ditemukan tanda klinis difteri.
(baca: Waspada, Ini Gejala Kala Difteri Menyerang)
''(Oleh dokter spesialis anak), pasien hanya dinyatakan menderita tonsilitis membranosa (infeksi amandel) dan akhirnya dipulangkan pada Selasa (9/2),'' terang Direktur RSUD Indramayu, Deden Boni Koswara, Jumat (12/2).
Deden menyatakan, saat pertama kali masuk ke RSUD Indramayu, status pasien atas permintaan sendiri (APS) dan bukan rujukan dari rumah sakit lain. Karenanya, meski pasien sempat dirawat di RSUD Gunung Jati Cirebon, namun pihak RSUD Indramayu belum menerima medical report mengenai kondisi penyakit pasien dari RSUD Gunung Jati Cirebon.
Setelah pasien dipulangkan dari RSUD Indramayu, baru kemudian keluar hasil pemeriksaan laboratorium terkait kondisi kesehatan Lusiana. Hasilnya, Lusiana positif difteri, sebagaimana hasil pemeriksaan RSUD Gunung Jati Cirebon.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jabar pun meminta agar Lusiana dirawat kembali di rumah sakit. Namun, hal itu sulit dilakukan karena keluarga pasien menolaknya.
Menurut Dedi, setiap petugas kesehatan datang ke rumah keluarga pasien, selalu disambut dengan sikap penolakan. Bahkan, mereka tidak mau membukakan pintu rumah untuk petugas kesehatan, termasuk untuk kepala puskesmas Kedokan Bunder.
''Bahkan mereka bilang lebih baik mati sekeluarga karena difteri dari pada harus kembali ke rumah sakit. Ini kan sangat menyulitkan,'' tutur Dedi.
Dedi menyatakan, akan memanggil dokter spesialis anak RSUD Indramayu yang memulangkan pasien Lusiana hanya berdasarkan pemeriksaan klinis. Hal itu dilakukan sebagai bentuk peringatan dan pertanggungjawaban.
Dedi menambahkan, akan terus berupaya untuk membawa Lusiana kembali dirawat intensif di rumah sakit. Selain itu, akan mendata warga yang kontak dengan pasien difteri dan memberinya obat.