Rabu 10 Feb 2016 15:38 WIB

Letusan Gunung Bromo Masih Belum Stabil

Debu vulkanik menyembur dari kawah gunung Bromo terlihat dari pos Penanjakan, Pasuruan, Jawa Timur, Senin (21/12).
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Debu vulkanik menyembur dari kawah gunung Bromo terlihat dari pos Penanjakan, Pasuruan, Jawa Timur, Senin (21/12).

REPUBLIKA.CO.ID, PROBOLINGGO -- Kepala Subbidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Barat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Hendra Gunawan mengatakan letusan Gunung Bromo masih belum stabil dan masih tinggi.

"Gempa tremornya menurun, namun letusannya masih cukup kuat dan belum stabil selama beberapa pekan terakhir, sehingga statusnya masih tetap siaga," kata Hendra saat dihubungi dari Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Rabu (10/2).

Menurutnya, sinar api dari puncak kawah Bromo sudah teramati sejak Desember 2015 hingga Februari 2016 dan terlihat sangat jelas pada malam hari, sehingga hal itu menunjukkan energi masih kuat dalam dapur magma Gunung Bromo.

"Lava pijar tersebut bisa terlontar sewaktu-waktu, sehingga masyarakat diimbau untuk mematuhi batas rekomendasi jarak aman seiring dengan statusnya yang masih siaga," tuturnya.

Gunung yang memiliki ketinggian 2.329 meter dari permukaan laut (mdpl) itu masih mengeluarkan suara gemuruh lemah hingga sedang dan gempa letusan juga masih terjadi disertai dengan embusan asap sulfatara.

"PVMBG melakukan evaluasi aktivitas Gunung Bromo setiap seminggu sekali, sehingga saat ini kami masih belum bisa menyampaikan untuk hasil evaluasi aktivitas Bromo sepekan terakhir," paparnya.

Data di PVMBG tercatat aktivitas Gunung Bromo pada 10 Februari 2016 pukul 06.00 WIB-12.00 WIB, secara visual cuaca mendung, suhu 14-20 derajat celcius, asap kawah teramati putih hingga kelabu dengan tekanan sedang hingga kuat, tinggi asap sulfatara berkisar 900 meter dari puncak atau 3.229 mpdl dengan arah angin condong ke barat-barat daya, dan terdangar suara gemuruh lemah-sedang dari kawah.

"Untuk seismik tercatat gempa tremor dengan amplitudo 1-20 milimeter, namun dominan 4 milimeter, kemudian tiga kali gempa letusan dengan amplitudo maksimal 36 milimeter dan satu kali vulkanik dangkal dengan amplitudo maksimal 21 milimeter," katanya.

Hendra mengatakan status Gunung Bromo masih siaga atau level III, sehingga masyarakat diimbau untuk tidak melakukan aktivitas dalam dalam radius 2,5 kilometer dari bibir kawah Gunung Bromo, sehingga jarak tersebut harus steril dari aktivitas warga dan wisatawan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement