REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sistem proporsional terbuka mendorong calon legislatif (caleg) bekerja maksimal. Mengingat ia dipilih langsung masyarakat.
Apabila masyarakat menilai kerjanya buruk, maka bisa jadi caleg tersebut tidak akan dipilih kembali dalam pemilihan umum legislatif (pileg) periode berikutnya. Sebaliknya, dalam sistem proporsional tertutup, caleg tidak perlu bekerja maksimal.
"Asal banyak jasa ke partai, maka dia bisa terpilih terus karena oleh partai ditempatkan di nomor urut kecil," kata Koordinator Komite Pemilih Untuk Indonesia (TePI) Jeirry Sumampow kepada Republika.co.id, baru-baru ini.
Untuk itu, kata Jeirry, jika ingin memperoleh kinerja terbaik dari caleg akan lebih baik Indonesia menganut sistem proporsional terbuka.
Setiap partai, memiliki sistem kebijakan. Di sistem proporsional terbuka, caleg akan berpikir dua kali jika partainya membuat kebijakan berbeda. Sedangkan dalam sistem proporsional tertutup, caleg akan lebih cenderung loyal mengikuti partai.
"Kalau tidak loyal bisa jadi ada sanksi, misalnya pas pemilu ditempatkan di nomor yang tidak berpotensial mendapatkan kursi," ujar Jeirry.
Dia memprediksi masyarakat akan lebih menyukai sistem proporsional terbuka. Meski rawan politik uang, lewat sistem ini masyarakat bisa mengenal langsung para caleg. Caleg yang ditempatkan pasti mengetahui seluk beluk wilayah tersebut.
Di sistem proporsional terbuka, caleg akan langsung bersentuhan dan berkomunikasi dengan masyarakat, yang tidak mungkin dilakukan di sistem proporsional tertutup. Apabila melihat kondisi sekarang ini, banyak caleg yang akan kembali mencalonkan diri di daerah pemilihan (dapil)-nya.
Menurut Jeirry, ini adalah bentuk kepercayaan masyarakat pada calegnya. Bahkan ada dua kali caleg terpilih di dapilnya.
Kondisi tersebut akan berbeda dengan sistem proporsional tertutup. Sistem proporsional tertutup memungkinkan caleg berpindah dari satu dapil ke dapil lain. "Di sistem tertutup, akan sembarangan saja menaruh caleg yang penting partainya kuat di daerah itu," katanya.
Dalam sistem proporsional tertutup, ada kemungkinan pengurus partai akan terus menerus terpilih menjadi anggota legislatif. Jeirry menyebut di sistem ini, pertarungan caleg bergeser tidak lagi perebutan suara di masyarakat, melainkan di tahap antarcaleg karena ingin mendapatkan nomor urut bagus.