Selasa 09 Feb 2016 16:16 WIB

Musim Hujan, 20 Desa di Purwakarta Siaga Tanah Longsor

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Bilal Ramadhan
Sejumlah warga bersama tim SAR, anggota TNI dan polisi menyingkirkan timbunan tanah longsor yang menutup jalan antar desa di kawasan lereng gunung Sumbing Desa Kalegen, Bandongan, Magelang, Jawa Tengah, Selasa (15/12).
Foto: Antara/Anis Efizudin
Sejumlah warga bersama tim SAR, anggota TNI dan polisi menyingkirkan timbunan tanah longsor yang menutup jalan antar desa di kawasan lereng gunung Sumbing Desa Kalegen, Bandongan, Magelang, Jawa Tengah, Selasa (15/12).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Curah hujan yang turun di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, akhir-akhir ini mulai mengalami peningkatan. Seiring dengan datangnya hujan, wilayah ini jadi siaga tanah longsor.

Pasalnya, dari 192 desa dan kelurahan yang ada, 20 desa di antaranya masuk zona merah. Zona merah itu, merupakan wilayah yang memiliki kerawanan gerakan tanah yang cukup tinggi.

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Purwakarta, Akun Kurniadi, mengatakan, saat ini pihaknya selalu mewaspadai 20 desa tersebut selama 24 jam. Sebab, saat musim penghujan seperti ini, kasus tanah longsor sering terjadi. Makanya, wilayah itu siaga tanah longsor.

"Tapi, sampai saat ini belum ada laporan mengenai bencana tanah longsor. Mudah-mudahan tidak ada," ujar Akun, kepada Republika.co.id, Selasa (9/2).

Adapun desa yang rawan longsor ini, di antaranya Desa Cianting, Sukajaya, Cijantung dan Panyindangan (Kecamatan Sukatani). Kemudian, Desa Salam Mulya (Kecamatan Pondok Salam). Lalu, Desa Parakan Lima dan Cisalada (Kecamatan Jatiluhur).

Desa yang rawan longsor ini, lanjutnya, berada di wilayah perbukitan yang kontur tanahnya jenis lempung. Sehingga, saat diguyur hujan, tanah tersebut bisa menjadi medan luncur. Makanya, gerakan tanah di wilayah itu sangat tinggi. Karena, kondisinya sangat labil.

Sebenarnya, sambung Akun, Purwakarta merupakan wilayah yang terbagi dalam tiga jenis zona gerakan tanah. Yakni, zona biru (kerentanan gerakan tanah rendah), zona kuning (kerentanan gerakan tanah sedang), serta zona merah (kerentanan gerakan tanah tinggi). Dari semua wilayah ini, yang diwaspadai adalah zona merah dan kuning.

Untuk antisipasinya, yaitu, warga di 20 desa itu harus selalu waspada bila hujan turun. Bila ada tanda-tanda gerakan tanah, segera tinggalkan rumah mereka untuk mencari lokasi yang lebih aman. Selain itu, bila kondisinya semakin parah segera laporkan ke petugas Tagana atau aparat pemerintahan setempat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement