REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dampak penggunaan gadget, dinilai semakin mengancam anak-anak di Indonesia. Selain kecanduan, anak-anak menjadi asosial pada lingkungannya.
Seniman Perempuan Bandung yang juga pemerhati anak, Tjutju Widjadja mengaku sangat perihatin dengan kondisi anak-anak saat ini. Banyak orang tua yang memberikan teknologi canggih seperti gadget untuk bermain game pada anaknya. Namun, tak memperhatikan dampak besar yang akan ditimbulkan dari penggunaan gadget itu.
"Sekarang, semua anak-anak kalau bangun tidur pasti yang ditanyakan gadgetnya mana, bukan ibu atau ayahnya," kata Tjutju kepada wartawan, Selasa (9/2).
Tjutju mengatakan, Ia perihatin dengan banyaknya orang tua yang memberikan gadget terutama pada anak di bawah 3 tahun. Mereka tak memikirkan dampak negatifnya pada anak yang nantinya akan memiliki dunia sendiri.
Bahkan, komunikasi akan terganggu karena mereka mengakses informasi satu arah. Semakin besar, anak-anak akan kecanduan. Selain itu, akan banyak anak menggunakan kaca mata karena matanya rusak. "Saya ingin nyentil semua orang tua di kota besar melalui pameran lukisan," katanya.
Menurut dia, anak-anak pada dasarnya semua baik. Anak-anak terkena dampak negatif, akibat perhatian yang kurang dari orang tua saat anaknya mengakses gadget. "Kan orang tua sekarang, ngasih gadget biar anaknya anteng (asyik bermain)," katanya.
Pameran tunggal lukisannya, kata dia, akan digelar di Cemara 6 Galeri-Jakarta pada 13-26 Februari. Ia, memilih Jakarta sebagai tempat pameran karena berharap gaung pamerannya akan lebih besar. Sehingga, pesannya bisa sampai pada semua orang tua yang ada di semua kota besar di Indonesia.
Salah satu lukisannya menggambarkan seorang anak yang tertutup satu matanya. Ia ingin menyampaikan anak yang banyak bermain gadget sudah tak bisa melihat lingkungannya. Di lukisan yang lain, Ia menggambarkan seorang anak yang berjalan sendirian di tengah kobaran api, gelombang, dan peperangan.
"Melalui lukisan itu, saya ingin menggambarkan bahwa di dunia nyata, anak-anak terancam banyak bencana alam, bahkan terorisme. Tapi, mereka asyik dengan dunia game-nya," katanya.
Pameran lukisan bertajuk Hear No Evil See No Evil ini menampilkan 14 lukisan yang menggambarkan dampak gadget pada anak-anak. Sebagian hasilnya akan disumbangkan untuk Yayasan Catur Xiang Qi, sebuah perkumpulan yang membantu mengembangkan dan mencerdaskan anak melalui catur.
"Saya juga tak hanya mengkritisi kondisi anak lewat lukisan. Tapi, memberikan solusi bagaimana mencerdaskan anak kita," katanya.