REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kegiatan well service untuk mengganti pompa sumur RDG-47 di Lapangan Jatibarang milik Pertamina EP berujung duka. Berdasarkan keterangan resmi perusahaan pada saat reparasi sumur pada Senin (8/2) pagi kemarin, tiba-tiba muncul api dari arah tangki dan api menyebar cepat ke arah rig atau fasilitas pengeboran. Akibatnya, rig ikut terbakar di antara cellar meja bor tangki. Insiden ini mengakibatkan 2 orang meninggal dunia dan 5 orang masih dirawat di RS Pusat Pertamina.
Direktur Operasional Pertamina EP Pribadi Mahaguna menyebutkan, penggantian pompa dilakukan karena kapasitas pompa sebelumnya relatif kecil dan akan diganti pompa dengan kapasitas yang lebih besar.
"Pada saat (pompa) sudah masuk 180 meter, nah ini diketahui bahwa ada dari sumur keluarkan cairan dan ada gas. Kita tutup BOP (blow out preventer) segala macam dan lakukan pengamanan. Tapi saat itu muncul api, karena terpapar gas sehingga api cepat terjadi," kata Pribadi, Selasa (9/2).
Pribadi mengatakan, dua korban yang meninggal dunia telah diberikan santunan dan saat ini sedang dilakukan investigasi mendalam oleh Kementerian ESDM, SKK Migas, dan pihak kepolisian.
Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam menambahkan, meski operasi di industri migas memang berisiko tinggi, namun pihaknya tidak akan menjadi ini sebagai pembenaran atas kejadian ini. Syamsu menegaskan, safety stand down telah diberikan kepada seluruh operasi di hulu dan ke depan keamanan di lapangan tetap menjadi prioritas.
"Ganti pompa untuk meningkatkan produksi. Niatnya baik tapi kalau sudah menyangkut keselamatan tidak boleh teledor.Kejadian kemarin pas libur panjang apakah kawan kawan yang beroperasi di lapangan apakah konsentrasi seperti apa," kata Syamsu.
Kelima korban yang masih dirawat di RSPP adalah Mustofa, Supatma, Faturohman, Gunawan, dan Joko. Syamsu juga menyebutkan kejadian ini tidak memengaruhi produksi Pertamina EP secara keseluruhan.