Selasa 09 Feb 2016 08:12 WIB

Ini Kelemahan dan Kelebihan Pemilu dengan Suara Terbanyak

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Joko Sadewo
Surat suara di Pemilu Legislatif 2014
Foto: Antara/Noveradika
Surat suara di Pemilu Legislatif 2014

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wacana mengembalikan sistem proporsional tertutup di pemilu semakin mencuat. Sistem keterpilihan caleg caleg berdasar suara terbanyak (proporsional terbuka) dinilai rumit dan menjadikan partai dalam posisi tidak penting.

Sistem proporsional terbuka telah dua kali digunakan dalam pileg legislatif di Indonesia. Lalu sebenarnya apa saja kelemahan dan kelebihan sistem proporsional terbuka?

Koordinator Komite Pemilih Untuk Indonesia (TePI) Jeirry Sumampow mengatakan sistem proporsional terbuka cukup rumit. Partai pun seolah menjadi tidak penting dalam sistem ini. Partai hanya sekadar mengusulkan nama calon legislatif (caleg), namun setelah itu si caleglah yang harus lebih aktif.

Dari sistem kepartaian sistem ini tidak terlalu baik. "Selain itu kemungkinan terjadi politik uang lebih besar dan masif karena semua calon berpotensi melakukannya," ujarnya kepada Republika.co.id.

Dalam pileg lalu, ada sekitar 11 ribu caleg di tingkat nasional. Menurut Jeirry, semuanya berpotensi melakukan politik uang.

Sistem proporsional terbuka tidak akan mampu melaksanakan pendidikan politik untuk rakyat. Alasannya, caleg  yang lebih aktif bukan partai. Caleg akan melakukan mobilisasi massa untuk mendapatkan dukungan.

Dalam konteks sisi kepartaian, sistem proporsional terbuka menyebabkan kaderisasi partai menjadi problem karena semua caleg punya kemungkinan terpilih. Partai memang memiliki kaderisasi, namun bisa jadi partai akan memberi sekian persen suara kepada mereka yang bukan kader. Bukan tidak mungkin tiba-tiba partai mencari caleg dari luar.

Terkadang, hal ini merusak sistem partai dan memecah belah partai.  "Karena orang yang masuk tiba-tiba adalah orang yang tidak berkontribusi ke partai," kata Jeirry.

Di luar segala kelemahannya, sistem proporsional terbuka juga memiliki kelebihan. Dalam sistem ini, caleg yang terpilih benar-benar pilihan dan representasi masyarakat. Jeirry menyebut jika caleg tersebut baik, maka bisa menjadi stimulator mendorong perbaikan partai. Kemungkinan ada caleg yang tidak mengikuti kultur partai. Dari sisi itulah, bisa ada kemungkinan perbaikan partai.

Qommarria Rostanti

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement