Kamis 04 Feb 2016 16:12 WIB

Gerakan Islam Cinta Beberkan Cara Medsos Jadi Alat Pemecah Belah

Rep: C25/ Red: Achmad Syalaby
Tampak seorang pria sedang mengakses laman sosial media, Facebook.
Foto: EPA
Tampak seorang pria sedang mengakses laman sosial media, Facebook.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Media sosial belakangan memang menjadi sarana terbaik untuk menyebarkan berbagai infornasi. Sayangnya, informasi yang ada tidak jarang bersifat pemecah-belah, menjalar seperti virus karena terus berjalan mempengaruhi setiap orang yang membacanya.

Sekjen Gerakan Islam Cinta, Irfan Amalee, menuturkan setidaknya terdapat empat tahapan perubahan sebuah informasi di dalam media sosial, menjadi alat pemecah-belah masyarakat. Pertama akan ada informasi-informasi yang menumbuhkan fanatisme berdadarkan golongan, kelompok agama, pendukung sepak bola, serta pengusung calon presiden yang sempat jelas terjadi di Indonesia.

Ia menjelaskan, setiap kelompok akan memproduksi informasi yang menguatkan supremasi kelompok mereka dan menganggap rendah kelonpok lain yang bertentangan. Kedua, informasi berhasil membentuk benteng segregasi yang membuat masyarakat terkotak-kotak di benteng masing-masing, sehingga menghilangkan kejernihan dalam melihat satu sama lain.

Ketiga, stereotype akan tumbuh subur dan masyarakat lebih percaya pada asumsi serta malas melakukan konfirmasi. Menurut Irfan, saling curiga dan prasangka bukan hanya terjadi antar dua kelompok melainkan antar tetangga, atau bahkan di dalam satu rumah. Keempat, setiap orang akan saling melabeli orang-orang dengan asumsi pribadi, termasuk melabeli diri sendiri sebagai pihak yang benar.

Irfan menegaskan, label-label seperti itu mudah membuat orang menandai orang-orang yang berlawanan atau bertentangan, yang tidak jarang akan diberikan status sebagai musuh dan tinggal menunggu api-api kecil sampai konflik terjadi. Maka itu, Irfan mengajak para netizen untuk membantu ujaran-ujaran kebaikan yang ada, demi mengalahkan ujaran-ujaran kebencian yang akan memecah masyarakat.

"Gerakan baik itu banyak di media sosial dan tinggal dibantu dorong, serta tidak membantu memproduksi konten negatif atau menyebarkan informasi pemecah-belah," kata Irfan, Kamis (4/2). 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement