Kamis 04 Feb 2016 14:23 WIB

Angka Kematian Ibu Tinggi, Program KB Perlu Dilanjutkan

Rep: c36/ Red: Andi Nur Aminah
Kepala BKKBN Surya Chandra Surapaty.
Foto: dok FPKS
Kepala BKKBN Surya Chandra Surapaty.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Surya Chandra Surapaty, mengatakan program keluarga berencana (KB) masih perlu dijalankan di Indonesia. Tingginya jumlah penduduk dan angka kematian ibu (AKI) menjadi indikasi pentingnya program KB. "Program KB perlu kembali direvitalisasi, digalakkan kembali. Pembangunan manusia Indonesia perlu mulai mengarah kepada kualitas, bukan lagi kuantitas," ujar Surya kepada Republika.co.id di Jakarta, Kamis (4/2).

Dia mengatakan jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 254,9 juta jiwa. Data tersebut berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) Susenas pada 2014-2015. Merujuk kepada data itu, Surya menekankan pentingnya pengendalian angka kelahiran di Indonesia. Dia menuturkan, ke depannya pembangunan Indonesia tidak hanya membutuhkan kuantitas SDM. 

Lebih lanjut Surya menjelaskan, ada tantangan nasional untuk menekan AKI. Hingga akhir 2015, target penurunan AKI belum tercapai. "Semestinya ada penurunan AKI dari 228 kematian/100 ribu kelahiran hidup menjadi 102 kematian/100 ribu kelahiran hidup pada 2015. Namun, jumlah AKI justru naik ke angka 359 kematuan/100 ribu jumlah kelahiran hidup," kata Surya.

Adapun penyebab utama tingginya AKI adalah pendarahan, infeksi selama kehamilan dan hipertensi. Menurut Surya, ketiga penyebab tersebut salah satunya dipengaruhi masa jeda kelahiran yang terlalu singkat.

Dia mengungkapkan, periode minimal yang ideal bagi jeda kelahiran  adalah tiga tahun. "Karena itu, edukasi untuk KB akan kami tingkatkan. Pentingnya informasi untuk pengendalian angka kelahiran dan masa jeda kelahiran perlu terus diberikan kepada masyarakat," kata Surya. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement