Rabu 03 Feb 2016 15:02 WIB

Peternak Ayam Terancam Rugi

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Peternakan ayam
Foto: Antara
Peternakan ayam

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Peternak ayam di Kabupaten Sleman terancam rugi. Pasalnya, saat ini harga jagung sebagai salah satu pakan utama sangat tinggi. Sehingga biaya operasional pun meningkat dan membebani para peternak.

Pemilik peternakan ayam di Kecamatan Sleman, Hardi Suyono mengatakan, harga kenaikan jagung sudah terjadi sejak tiga bulan lalu. Namun harga tertinggi baru dirasakan beberapa pekan ini.

"Biasanya tiga ribu per kilogram. Sekarang naik 100 persen, jadi enam ribu rupiah per kilo," katanya pada Republika, Rabu (3/2).

Menurut Hardi, harga jagung saat ini merupakan yang termahal. Bahkan sejak ia memulai usaha ternak pada 1980, jagung belum pernah mencapai nilai jual setinggi ini.

Akibatnya ia pun beralih pada pakan ternak pabrikan yang harganya juga masih sama-sama mahal.

Dalam menghadapi kondisi ini, peternak sendiri hanya memiliki tiga pilihan. Antara lain gulung tikar, menjual seluruh ternaknya, atau menurunkan jumlah ternak. Hardi sendiri memilih menurunkan jumlah ayam petelur di peternakannya.

Dari awalnya berjumlah 75 ribu ekor menjadi 50 ribu ekor. Maka pejualan telurnya pun menurun sebanyak 30 persen. Sampai sekarang, ia belum bisa menaksir kerugian yang muncul akibat kondisi pelik ini.

Sebab kepastian untung rugi bisnis peternakan ayam petelur baru bisa diketahui setelah dua tahun. Hardi berharap pemerintah segera bertindak untuk memecahkan persoalan ini. Ia berpendapat harga jagung harus segera distabilkan.

"Kalau mau meningkatkan produksi jagung dalam negeri jangan ngawur seperti sekarang. Jadi kan yang rugi peternak. Sebelumnya harga jagung belum pernah sampai lima ribu," katanya.

Ketua Paguyuban Peternak Ayam Indonesia, Yudianto Yosgiarso menuturkan, peternak masih kesulitan memperoleh pakan jagung bagi ayam. Sementara itu, distribusi dari Bulog masih belum merata. Padahal pemerintah telah mencanangkan operasi pasar jagung dengan harga Rp 3.600 per Kg.  

Yudi mengemukakan, kenaikan beban operasional peternakan saat ini berimbas pada melonjaknya harga ayam dan telur. "Kalau dulu paling tinggi harga telur kami jual Rp 17 ribu per Kg. Sekarang bisa ampai Rp 19.800. Itu dari peternak ya, kalau di pedagang ya itu tergantung kebijakam mereka," tuturnya.

Guna menutupi kerugian, saat ini peternak terpaksa menjual ayam daging dan petelur lebih awal. Hal ini berdampak pada penurunan pasokan. Meski begitu Yudi menilai penjualan ayam dan telur masih stabil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement