REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN - Memasuki Februari, potensi kejadian angin kencang di wilayah Sleman semakin meningkat. Bahkan menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Julisetiono Dwi Wasito kejadiaan angin kencang mengalami peningkatan selama dua tahun terakhir.
Pada 2014, terdapat 22 peristiwa angin ribut, dan tahun berikutnya meningkat jadi 40 kejadian. Sepanjang Januari 2016 ini juga sudah tercatat delapan kejadian angin kencang di beberapa wilayah. Antara lain Sleman, Tempel, Turi, Ngaglik, Minggir, Seyegan, Prambanan, dan Pakem.
"Mungkin ini karena dipengaruhi faktor cuaca ekstrem, dan El Nino yang terjadi beberapa bulan terakhir," kata Juli, Selasa (2/2).
Maka itu, ia menilai perlu adanya pemahaman dari masyarakat mengenai mitigasi bencana. Sebab bencana angin kencang tidak dapat diprediksi. Adapun pencegahan bencana yang timbul dari angin kencang dapat dilakukan dengan pemangkasan pohon rawan tumbang.
Ia menjelaskan, angin kencang bisa saja terjadi di seluruh daerah Sleman. Hal ini bisa dipengaruhi berbagai faktor. Seperti kepadatan pemukiman, dan semakin berkurangnya lahan pertanian. Terkait penanganan pasca bencana tahun ini, Pemkab telah mengalokasikan dana bantuan sosial sebesar satu miliar rupiah. Jika di tengah tahun mengalami kekurangan, alokasi dana itu dapat ditambah dari pos Alokasi Belanja Tambahan (ABT). Sementara untuk ganti rugi, besarannya disesuaikan dengan tingkat kerusakan.