REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat menyebutkan 10 kabupaten/kota di daerah itu siaga bencana banjir dan tanah longsor menyusul tingginya intensitas curah hujan.
"Provinsi bersama kabupaten/kota tetap siaga terhadap kemungkinan terjadinya bencana tanah longsor maupun banjir, namun kita berharap tidak ada bencana," kata Kepala BPBD NTB H Azhar di Mataram, Selasa (2/2).
Ia menjelaskan, dari 10 kabupaten/kota di NTB, seperti Kota Mataram, Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu, kabupaten Bima dan kota Bima secara potensi terjadinya bencana semuanya dalam kondisi rawan, baik tanah longsor maupun banjir.
Namun, menghadapi keadaan itu, Pemerintah Provinsi NTB bersama pemerintah kabupaten/kota sudah melakukan upaya antisipasi. Salah satu bentuk antispasi itu, melalui apel siaga penanggulangan bencana 2016 yang dilaksanakan awal Januari lalu. Apel siaga tersebut sebagai bentuk kesigapan aparat pemerintah untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam pencegahan dan penanganan jika terjadinya bencana yang setiap saat selalu mengintai.
"Kalau bicara tanah longsor dan banjir, semua memiliki potensi terjadinya bencana. Seperti yang terjadi di Lombok Barat, Kota Mataram, dan Kabupaten Dompu yang menyebabkan salah satu jembatan terputus. Bencana tidak bisa di bendung tetapi, antisipasi dan upaya penanganan bencana harus bisa dikedepankan," jelasnya.
Menurut dia, menghadapi cuaca ekstrem dengan intensitas hujan tinggi, pemerintah daerah juga terus berkoordinasi dengan BMKG untuk mengetahui seberapa jauh keadaan cuaca di NTB. Bahkan, informasi keadaan cuaca ini secara terus menerus diinformasikan BMKG kepada BPBD. Hal ini, agar pemerintah daerah bisa bergerak cepat melakukan upaya keadaan bencana.
Seperti diketahui, dari 14 potensi bencana yang terdapat di Indonesia, 11 di antaranya terdapat di NTB. Karenanya, jika tidak ditangani dengan baik, maka NTB dapat menjadi daerah rawan bencana.