REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Belum terhubungnya "benang" emosi antara warga berkecukupan dan kaum dhuafa menjadi pemicu kesenjangan sosial. Kondisi itulah yang memicu Rumah Yatim Arrohman Indonesia (Rumah Yatim) menggulirkan program Generasi Peduli Sahabat (Genius).
Genius merupakan terobosan dari Rumah Yatim dalam menghubungkan tali kemanusiaan antara pelajar berkecukupan dan pelajar tidak mampu. Wakil Direktur RY Lili Abdurrahman menyebutkan, saat ini banyak penunjang yang memicu kalangan pelajar tidak peduli akan lingkungan di sekitarnya.
"Salah satu pemicu negatif itu, yakni gadget. Banyak pelajar berteman dengan gadget sehingga tak peduli lingkungan di sekitarnya,’’ ujar Abdurrahman kepada Republika.co.id, Selasa (2/2). Menurut dia, kebanyakan pelajar berkecukupan yang akrab dengan gadget seolah tak peduli bahwa di sekitarnya banyak siswa tidak mampu.
Melalui program Genius, pihaknya sengaja menerjunkan tim untuk menyosialisasikan program kemanusiaan ke sekolah-sekolah elite. Untuk sementara, pihaknya menargetkan kunjungan ke 1.000 sekolah. Saat ini, tuturnya, Rumah Yatim mengunjungi 15 sekolah per hari.
Sekolah elite di Kota Bandung, ungkap dia, menjadi pilot project program Genius. Ke depannya, tambah dia, Genius akan diterapkan ke seluruh sekolah elite di Tanah Air. Khusus untuk di Kota Bandung, pihaknya telah mengantongi surat dukungan dan rekomendasi dari Dinas Pendidikan Kota Bandung dalam mengimplementasikan program Genius.
Abdurrahman menjelaskan, setelah membangkitkan kembali nilai kepeduliaannya, pelajar dari sekolah elite itu diminta membentuk kelompok penggalangan dana. Kata dia, Rumah Yatim siap membantu dalam menyalurkan hasil penggalangan dana tersebut.
‘’Alhamdulillah, beberapa sekolah elite merespons positif program Genius, khususnya SMK 5 Kota Bandung,’’ ujar Abdurrahman menambahkan. Menurut dia, melalui program Genius pula, Rumah Yatim akan menjaring keberadaan pelajar kurang mampu di lingkungan sekolah elite tersebut. Artinya, tegas dia, program Genius berguna pula untuk menggali muzaki dan mustahik.
Masih dikatakan Abdurrahman, Rumah Yatim berharap pemerintah daerah yang lain turut mendukung program tersebut. Kata dia, melalui program tersebut, maka akan banyak siswa putus sekolah yang terselamatkan. Pihaknya mengungkapkan, melalui gerakan kepeduliaan selama ini, Rumah Yatim akan mendirikan 18 sekolah jenjang SD, SMP, hingga SMA. Pendirian sekolah itu ditujukan untuk mengeliminasi kasus putus jenjang pendidikan yang dialami anak yatim dan dhuafa.
Saat ini pun, Rumah Yatim telah mendirikan sekolah di Jalan Raya Cibodas, Kecamatan Antapani, Kota Bandung, bernama El Fitra. Sekolah itu berdiri di atas lahan seluas 3.000 meter persegi. Tahun ini, El Fitra telah meluluskan angkatan keempat pada jenjang pendidikan SMP.
Rumah Yatim pun tengah menyiapkan bangunan SD, SMP, dan SMA di Cisaranten (Kota Bandung) dan Banjaran (Kabupaten Bandung). Seluruh biaya pembebasan lahan dan pembangunan sekolah berasal dari uluran tangan para donatur. Rumah Yatim pun, ungkap dia, menyalurkan sebagian donasinya untuk program pencetakan dokter yatim. ‘’Anak yatim yang kami siapkan menjadi dokter untuk menutupi kebutuhan medis di daerah terpencil,’’ katanya menambahkan.
Direktur Pendidikan Rumah Yatim Deni Hidayatullah mengatakan, tidak sekadar mencegah putus sekolah, Rumah Yatim pun menyiapkan lulusan yang berkualitas. Pada sekolah Rumah Yatim, pihaknya memberlakukan metode multiple intelegence dengan aplikasi sains. Melalui metode itu, para guru akan lebih aktif memberikan pelajaran kepada siswanya. Kata Deni, siswa akan diajak berpraktik dan mengenal lingkungan secara langsung. Konsep ini merupakan perpaduan kurikulum pendidikan nasional dengan kediniahan.