Senin 01 Feb 2016 19:41 WIB

Kunjungan Wisman 2015 Capai 10,4 Juta, GIPI Apresiasi Kinerja Kemenpar

Wonderful Indonesia.
Foto: dok kemenpar
Wonderful Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kinerja Kementerian Pariwisata (Kemenpar) pada 2015 mendapat apresiasi dari Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didien Junaedi. Sepanjang 2015, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia mencapai 10,4 juta. Kunjungan wisman itu meningkat dibanding 2014 yang hanya mencapai rata-rata 9,4 juta.

Didien menilai, raihan jumlah kunjungan wisman pada 2015 itu tergolong bagus, di tengah tekanan berbagai kejadian alam dan bencana yang melanda Indonesia. "Saya kira pengaruh promosi ke luar negeri sangat besar. Lalu deregulasi terutama bebas Visa Kunjungan yang sudah 90 negara, dan terus dipromosikan melalui channel media global. Bertambahnya schedule dan charter flight dari sumber market yang besar, seperti Cina," ungkap Didien dalam keterangannya, Senin (1/2).

GIPI adalah asosiasi yang membawahi ASITA (Tour and Travel), PHRI (Hotel dan Restoran). Asosiasi ini cukup gembira dengan atmosfer pariwisata Indonesia yang saat ini sedang bergairah. Investasi di bidang hotel dan restoran tercatat terus meningkat, pada tahun 2013-2014 sebesar 13.64 persen, dan tahun 2014-2015 melonjak jadi 53 persen, atau sekitar 364,18 juta dolar AS.

Penanaman Modal Asing (PMA) 2014-2015 naik 43,11 persen atau 220,65 juta dolar AS dan Penanaman Modal Dalam Negeri naik 82,93 persen setara dengan 143,53 juta dolar AS. "Data dari BPKM itu cukup berbicara, sektor ini semakin seksi di mata pelaku bisnis, dan tidak terguncang oleh situasi politik," papar Didien.

Ia menilai kondisi ini sebagai pertanda bahwa iklim investasi makin kondusif, dan pemodal percaya bisnis di sektor ini akan semakin kencang. Para investor melihat proyeksi di sektor pariwisata cukup progresif. "Meskipun masih banyak kekurangan, misalnya soal infrastruktur pariwisata, sanitasi dan kesehatan, juga penerapan ICT yang belum merata," ujarnya.

Product development, lanjut Didien, juga masih harus bersinergi lebih kuat. Tetapi semangat untuk memperbaiki situasi itu, kata dia, terlihat sangat kuat. Ia berpendapat ada trust, dengan deregulasi, dan banyak rencana aksi, yang membuat mereka punya keyakinan ke depan.

Menurut Didien, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang, di 27 provinsi pada Desember 2015 juga naik 7,12 poin, menjadi 57,25 persen dibandingkan Desember 2014. "Kalau Kemenpar mentargetkan tahun 2016 naik 20 persen, menjadi 12 juta, maka sampai akhir tahun 2016 ini hotel kita masih nampung. Meski begitu, kapasitas hotel harus tetap ditambah, agar kalau terjadi booming, bisa diantisipasi dengan baik," kata Didien.

Ia mengungkapkan, saat ini mulai banyak investasi di perhotelan di Indonesia. Seperti diketahui, BPS mencatat jumlah penduduk mancanegara yang berkunjung ke Indonesia tahun 2015 adalah 10,41 juta orang. Persisnya, 10.406.759 orang. Naik sekitar 1 juta dibandingkan dengan periode yang sama di 2014, yang terhitung 9,4 juta.

"Saya pernah sampaikan, rentetan musibah alam yang bertubi-tubi membuat pariwisata terus tertekan. Potential loose kita bisa sampai 1 juta wisman. Itu force majeur yang siapapun tak akan bisa berbuat apa-apa," kata Didien Yang menyebut di atas kertas harusnya kunjungan wisman pada 2015 bisa lebih dari 11 juta.

Pada 2015 terjadi letusan Gunung Raung pada peak seasons medio Juli 2015 sampai Agustus 2015. Satu setengah bulan Bali, Lombok, Banyuwangi terkendala oleh erupsi gunung yang berada di tiga kabupaten, Banyuwangi, Bondowoso dan Jember itu.

Setelah Gunung Raung yang tingginya 3344 meter itu melepas material vulkanik yang merepotkan airlines, disusul Gunung Sinabung, Gamalama, Soputan. Lalu yang paling berpengaruh adalah Gunung Barujari, anak Rinjani di Lombok dan terakhir Gunung Bromo. Sampai 31 Januari 2016. Bromo masih saja tertutup untuk wisatawan karena masih mengeluarkan lava merah.

Pada 2015, dunia pariwisata Indonesia terkendala problem asap yang mengganggu semua penerbangan di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Lebih dari 4 bulan, bencana asap menekan pariwisata. Semua bandara di dua pulau besar itu sempat terganggu, buka tutup. "Ini namanya nasib," tutur pria yang lahir di Sukabumi, 18 Februari 1944 itu.

Selain sederet bencana, industri pariwisata juga dipengaruhi situasi perekonomian global. Harga minyak dunia jatuh di level yang paling kecil, jauh di bawah 50 dolar AS per barel dan tidak segera rebound ke posisi awal. Karena tekanan itu membuat Singapura stagnan, tidak ada pertumbuhan di sektor jumlah wisatawan. Malaysia justru melempem di posisi minus 9 persen.

Soal target kunjungan wisman di angka 12 juta pada 2016, menurut Didien, itu bukan angka yang sederhana. Secara teori, proyeksi itu masuk akal untuk direbut. Tapi ada hal-hal non teknis yang unpredictable seperti bencana alam, technological failure dan social factors yang menekan dunia pariwisata. "Pede aja kali! Tahun ini proyeksi naik 20 persen, sedangkan pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan hanya di kisaran 5 persen? Empat kali dari pertumbuhan ekonomi nasional. Itu artinya, pariwisata sudah mulai menjadi pendongkrak ekonomi nasional! Ketika Oil and gas, coal, dan CPO sedang tertekan," ungkap dia.

Didien mengingatkan kepada Kemenpar soal security and safety. Isu seperti itu punya daya rusak yang cepat dan berdampak massif. "Saya baru saja mendapat info dari Travel Fair Conference di Los Angeles, AS. Isu-isu keamanan perlu diseriusi," kata Didien.

Pihaknya optimistis dengan akselerasi pembangunan 10 destinasi unggulan. Dari Danau Toba (Sumut), Tanjung Kelayang (Belitung), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (DKI), Mahakarya Budaya Dunia Borobudur (Jawa Tengah), Bromo (Jatim), Mandalika (Lombok), Komodo Labuan Bajo (NTT), Wakatobi (Sultra) dan Morotai (Maltara). Ia berharap destinasi lain di luar 10 itu, tetap dirawat dan dikembangkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement