REPUBLIKA.CO.ID, KARANGANYAR -- Memasuki puncak musim hujan, warga pemukim daerah yang kerap dilanda longsor di Kabupaten Karanganyar, Jateng, mesti ekstra hati-hati. Masalahnya, perangkat deteksi dini EWS (Early Warning System) yang dipasang lokasi rawan bencana tidak berfungsi alias rusak.
Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karanganyar, Nugroho, Jum'at (29/1), membenarkan belasan perangkat EWS yang dipasang di sejumlah tempat tak berfungsi maksimal. Padahal, Februari diperkirakan puncak musim hujan.
Menurut Nugroho, kerusakan perangkat EWS karena terjadi perubahan struktur tanah di lokasi pemasangan. Juga disebabkan teknologi masih manual. Sehingga perekaman data tidak akurat. Total, ada 14 EWS yang dipasang pada titik rawan longsor di sana.
Ke-14 EWS yang terpasang saat ini, adalah hibah dari lembaga non-pemerintah pada 2011. Menurut Nugroho, teknologi pada alat tersebut sudah ketinggalan jaman. Ini karena sistem operasi masih manual. Sirene alat yang dipasang di titik rawan longsor tersebut akan berbunyi, jika terjadi pergerakan tanah dengan skala besar.
Karena terjadi perubahan struktur tanah akibat longsor, lanjut Nugroho, fungsi alat menjadi tidak maksimal dan datanya tidak akurat. Bila akan terjadi bencana tanah longsor tidak terdeteksi secara akurat.
EWS manual tersebut, kata dia, tak lagi menjadi andalan BPBD untuk mendeteksi pergerakan tanah dalam beberapa tahun terakhir. Apalagi, saat ini ada perangkat pendeteksi yang lebih canggih dimana data yang dihasilkan terkoneksi ke markas BPBD. Pendeteksi bantuan dari BPBD Provinsi Jateng dan menggunakan tenaga matahari. Saat ini terpasang di Kecamatan Jenawi, Matesih dan Tawangmangu.