Kamis 28 Jan 2016 12:02 WIB

Selama Ada Kartel, Petani Indonesia tidak Bisa Bangkit

Rep: eko supriyadi/ Red: Taufik Rachman
Petani
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Petani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Mahyudin mengatakan, petani Indonesia saat ini sangat sulit untuk berkembang. Sebab, mereka harus berhadapan dengan kartel-kartel pangan yang selama ini memonopoli produk petani.

''Petani kita ini susah maju, karena harus melawan kartel. Selama kartel ada, petani tidak bisa bangkit,'' kata Mahyudin, usai pelantikan Dewan Pengurus Nasional HKTI, di Jakarta, Kamis (28/1).

Mahyudin mengungkapkan, mengapa harga daging Impor bisa lebih murah daripada daging lokal. Karena produksi luar negeri lebih efisien dan biayanya lebih murah daripada di Indonesia, termasuk juga dengan produktifitas petaninya.

Ia mengeluhkan, soal harga pangan yang kerap kali mahal, pemerintah tidak memberikan solusi yang konkret dan berpihak pada petani. Menteri Pertanian dan Perdagangan dinilai selalu memberikan solusi dengan membuka keran impor.

''Kalau terus dibombardir dengan produk impor, mati petani kita. Kalau tidak ada kehadiran negara dalam membantu petani, sampai kiamat tidak akan maju petani kita,'' ujarnya.

Mahyudin, yang juga Wakil Ketua MPR menyatakan, subsidi pupuk seringkali diselewengkan oleh pemilik modal atau pengusaja. Modusnya, pupuk dari pemerintah, dibeli pengusaha dengan harga NPK, namun dijual dengan harga bebas. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement