REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN — Para penjual daging sapi dan daging ayam di sejumlah pasar tradisional yang ada di Kabupaten Semarang mulai mengeluhkan imbas mahalnya harga kedua komoditas tersebut.
Kenaikan harga komoditas daging sapi dan daging ayam --yang masih bertahan sejak akhir tahun 2015 lalu-- terus mempengaruhi permintaan masyarakat. Hingga saat ini harga daging sapi masih menyentuh Rp 110 ribu per kilogram.
Sedangkan harga daging ayam potong (sayur) masih bertahan di kisaran Rp 35 ribu hingga 38 ribu per kilogram. “Karena harga daging mahal, penjualan kami pun lesu,” ungkap Sugito (68), salah seorang penjual daging ayam di Pasar Bandarjo, Ungaran, Kabupaten Semarang, Rabu (27/1).
Ia mengakui, dalam situasi seperti ini para penjual daging ayam di pasar tradisional ini kehilangan omzet yang cukup signifikan. Jika sebelumnya mampu menjual daging ayam hingga 54 kilogram per hari, saat ini penjualan pun turun hampir 50 persen.
Di sisi lain para penjual daging juga tak berani berspekulasi mendatangkan daging ayam dengan jumlah yang sama, sebelum kenaikan harga. Karena takut merugi. “Saat ini, bisa menjual daging ayam 25 kilogram per hari saja sudah bagus,” jelasnya.
Hal yang sama diakui oleh Indah (44) pedagang daging sapi di pasar yang sama. Menurutnya hingga saat ini harga daging sapi masih belum stabil. Sementara permintaan konsumen juga cenderung menurun.
Sejak harga daging sapi menembus Rp 110 ribu per kilogram, omzet penjualannya juga terus menurun. Meski tiap hari melayani permintaan untuk rumah makan, harga daging sapi tetap mempengaruhi permintaan.
Beberapa pelanggan rumah makan yang biasanya membeli daging sapi hingga 4 kilogram, sekarang cukup membeli 2,5 kilogram untuk kebutuhannya. “Makanya tidak salah kalau para pedagang daging di pasar ini ngomong lesu,” ujarnya.