REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (PP KAMMI) menyayangkan harga BBM yang belum turun meski harga minyak dunia terus mengalami penurunan. Ketua PP KAMMI Bidang Ekonomi, Barri Pratama meyakini kekecewaan rakyat makin menjadi kepada pemerintah.
Tidak transparannya Pertamina diamini oleh pemerintah yang terlalu mengandalkan sektor energi untuk mengeruk pendapatan. "Pertamina beralasan bahwa harga saat ini digunakan untuk menutupi kerugian industri migas di hulu, namun KAMMI meyakini hitung-hitungan tersebut bisa mencapai Rp. 5.500 untuk BBM premium dan dengan tidak membebani rakyat secara berlebihan. Malu lah kalau presiden nya pro rakyat tapi kok kebijakannya membebani rakyat," kata Barri, Selasa (26/01).
Ketua Umum PP KAMMI, Kartika Nur Rakhman mengatakan Pertamina perlu lebih transparan dalam hitung-hitungan harga BBM. Dari situ, masyarakat akan mengerti tujuan tidak adanya penurunan BBM dengan seksama. Menurut dia, hal ini penting agar rakyat tidak terkesan dibodohi dan dicurangi Jokowi.
"Di saat harga sejenis pertamax di Malaysia hanya berkisar Rp 5800 tapi di Indonesia gila-gilaan harganya," kata dia.