REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Yogyakarta memperkirakan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sekitarnya masih berpotensi diguyur hujan es hingga akhir Februari.
"Puncak musim hujan di wilayah DIY diperkirakan berlangsung hingga akhir Februari begitu pula dengan potensi hujan es," kata Koordinator Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Joko Budiono di Yogyakarta, Selasa (26/1).
Menurut dia, hujan es bisa terjadi akibat banyaknya awan cumulonimbus yang terbentuk secara vertikal sehingga bagian atas awan memiliki suhu yang sangat dingin sehingga terbentuk kristal es. Kristal es yang terbentuk tersebut kemudian turun menjadi hujan es seperti yang dirasakan warga di Sleman bagian utara dan Magelang pada Senin (25/1) sore.
"Pada Senin (25/1), kami mendeteksi banyak awan cumolonimbus di wilayah Sleman dan sekitar Magelang," katanya.
Selain waspada terhadap potensi hujan es, selama puncak musim hujan warga juga diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi hujan yang turun sangat lebat serta potensi angin kencang hingga puting beliung.
"Pembentukan awal cumulonimbus hingga akhir Februari sangat banyak sehingga intensitas curah hujan akan semakin meningkat. Harapannya, masyarakat tetap waspada," katanya.
Pembentukan awan cumulonimbus biasanya terjadi pada siang hingga sore hari. Selama puncak musim hujan, diperkirakan intensitas curah hujan akan mengalami peningkatan hingga tiga kali lipat bahkan lebih dibanding curah hujan pada awal Januari.
Intensitas curah hujan bisa meningkat hingga 150-200 milimeter per dasarian saat puncak musim hujan. Selain hujan lebat, kecepatan angin saat puncak musim hujan juga diperkirakan meningkat dari 5-10 knot menjadi lebih dari 10 knot. Kencangnya kecepatan angin tersebut juga berpotensi menyebabkan gelombang di laut selatan lebih tinggi, bisa mencapai lebih dari tiga meter.