REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Barat menilai rencana memasok beras dari Jawa Timur ke NTB oleh Bulog sebanyak 7000 ton belum diperlukan.
Sebab, diperkirakan, panen pada Januari ini mencapai 24 ribu ton beras. Hingga saat ini, pasokan beras tersebut masih ditunda berdasarkan intruksi Wakil Gubernur NTB, M Amin.
"Memasok beras 7000 ton dari Jawa Timur itu belum diperlukan karena kita masih ada disini beras. Persoalannya sekarang ini kemampuan Bulog NTB dalam manajemen stok," ujar Kepala Dinas Pertanian NTB, Husnul Fauzi kepada wartawan di Mataram, Senin (25/1).
Ia menuturkan, akan berkoordinasi dengan kelompok-kelompok tani bersama Bulog dan memantau area tanam yang akan panen pada Januari yang diprediksi mencapai 8000 ha lebih. Sementara, asumsi mendapatkan gabah kering giling dari area tersebut sebanyak 40 ribu ton.
Menurutnya, jika dikonversi ke beras maka akan memperoleh 24 ribu ton beras pada Januari. Persoalan menyangkut Bulog yang tidak bisa membeli beras dengan harga pasar yang mencapai Rp 9000 sementara harga Bulog Rp 7300. Maka, Dinas pertanian menyarankan Bulog membeli gabah kering panen dengan harga Rp 4200.
"Kami menyarankan agar Bulog membeli gabah kering panen yang harganya masih Rp 4200. Kalau gabah kering giling itu sudah mencapai Rp 5000. Bulog nanti bisa mengeringkan dan menggiling sendiri gabah kering. Itu solusi yang paling bisa dilakukan," katanya.
Husnul menambahkan penundaan memasok beras dari Jawa Timur ke NTB dilakukan hingga batas yang tidak ditentukan. Sementara itu, Dinas Pertanian dan Bulog akan melakukan pengecekan dilapangan.