REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA—Warga tunanetra yang berhimpun dalam Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) melakukan kampanye publik secara nasional mulai Sabtu (23/1). Kampanye dilakukan sebagai upaya meningkatkan pemahaman publik terhadap kondisi, kebutuhan serta hak-hak warga tunanetra.
Kampanye bertema “Parade Tongkat Putih” tersebut secara khusus juga memperkenalkan “tongkat putih” sebagai simbol tunanetra. Tongkat putih merupakan alat bantu yang digunakan warga tunanetra dalam kehidupan sehari-hari.
Kampanye yang diikuti 200-an warga tunanetra tersebut dimulai dari Surabaya dan akan berakhir di Jakarta 31 Januari mendatang. Di 21 kota yang disinggahi secara estafet, peserta akan melakukan aksi berjalan bersama di ruas-ruas jalan kota sebagai bagian kampanye mereka.
Ketua Pertuni Aria Indrawati menjelaskan, selama ini warga tunanetra masih kerap mendapatkan diskriminasi dan stigma. Anggapan bahwa kaum tunanetra tidak bedaya, menurut dia, harus dikikis untuk memberikan kesempatan warga tunanetra untuk berkembang dan berdaya.
“Keluarga tunanetra harus berdaya, anak-anak mereka harus sekolah dan lebih maju dari orangtua mereka,” ujar Aria kepada wartawan.
Berkenaan dengan tongkat putih, Aria menjelaskan, meskipun bentuknya sangat sederhana, tongkat putih memiliki arti besar bagi penyandang tunanetra. Tongkat putih, menurut Aria, adalah pengganti penglihata bagi sebagian kalangan penyandang tunanetra.