REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan atau Aher menyatakan lingkungan keluarga adalah benteng utama untuk mencegah masuknya faham radikalisme seperti Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), terutama untuk anak-anak.
"Gampang sebenarnya mengklasifikasikan keanehan-keanehan itu seperti ada yang mengajak untuk memperbolehkan shalat tidak lima waktu, atau ada utusan Malaikat Jibril kepada seseorang. Itu bisa dicegal dari awal di lingkungan keluarga," kata Ahmad Heryawan, di Bandung, Kamis.
Pihaknya juga akan melakukan komunikasi dengan berbagai pihak seperti para kiai, imam masjid agar bisa lebih intensif berkomunikasi langsung dengan masyarakat di perkotaan dan desa sebagai upaya pencegahan dini gerakan radikalisme.
"Supaya ada pemahaman yang standar yang disepakati, jelas alurnya, tidak ada perbedaan pendapat yang prinsipil harus kita konsolidasikan sehingga ketika ada paham yang bertentangan dengan akidah yang sebnarnya bisa dideteksi dini," kata dia.
Oleh karena itu pihaknya mengimbau agar semua masyararat Jawa Barat tidak terpengaruh dengan ajakan-ajakan pihak tertentu yang menganut atau mengajarkan radikalisme.
Sementara itu, lanjut dia, adanya informasi warga Jawa Barat yang menjadi 1.500 orang eks anggota Gerakan Fajar Nusantara di Kalimantan Barat, pihakmya masih menunggu instruksi dari pemda dan pemerintah pusat.
"Kami masih menunggu konfirmasi dari berbagai pihak, baik dari provinsi secepat atau pusat, kalau kita ditugaskan apa, tentu kita harus melakukan apa yang ditugaskan. Saya kira kalau sudah ditangangi oleh Kalimantan atau provinsi setempat berarti sudah selesai," kata dia.