REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Erlinda mengatakan, aktivis Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) juga menyasar kaum remaja dan mahasiswa untuk menjadi pengikutnya.
"Mereka, remaja banyak yang tertarik karena 'nggak' perlu 'capek-capek' puasa, shalat," kata Erlinda di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (21/1).
Ajaran Gafatar, katanya, menggabungkan agama Islam, Kristen dan Yahudi. Menurutnya, kelompok Gafatar juga terdeteksi menyusup ke organisasi kemahasiswaan seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).
Terkait hal ini, KPAI mendesak polisi untuk bertindak cepat menangani penyebaran ajaran Gafatar. "Harus dicegah, melalui ketua RT, ketua RW, polisi. Ideologi kita harus dikuatkan," katanya. Menurut dia, aliran ini berpotensi untuk menentang ideologi bangsa.
"Pencegahan dan penanganan kasus ini penting. Ini bibit radikalisme. Akan sangat kewalahan kalau ini tidak dimatikan sampai ke akarnya sedari sekarang," katanya.
Dalam menyebarkan ajaran Gafatar, kelompok ini biasanya juga mendatangi rumah-rumah dan kegiatan-kegiatan sosial. "Mereka datang ke arisan ibu-ibu, kegiatan olahraga, dan ke rumah-rumah," katanya.
Dari temuannya, ada banyak pengungsi Gafatar di Kalimantan Barat yang berasal dari beberapa kota. "Setelah mereka dipulangkan ke kota asalnya, akan diawasi ketat dan mendapatkan hak-haknya," katanya.