REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Nota kesepahaman perihal pengadaan sapi untuk Provinsi DKI Jakarta yang salah satunya penyuplainya adalah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) nampaknya belum bisa berjalan dalam waktu dekat. Bahkan, Pemprov Sulsel lebih memilih mengirim ke Kalimantan dari pada memasok kebutuhan sapi di Ibukota.
Kepala Dinas Peternakan Sulsel, Abdul Azis mengatakan, peternak Sulsel lebih memilih Kalimantan untuk menjual sapi dikarenakan sejumlah pertimbangan. Salah satunya karena rencana pemerintah untuk mengadakan kapal ternak yang dikhususkan untuk mengangkut sapi dari Sulsel menuju Jakarta masih belum terlaksana.
"Kalau tidak salah Baru satu kapal yang beroperasi untuk mengangkut sapi dari NTT dan NTB, untuk dikirim ke DKI," ujar Azis di Kantor Gubernur Sulsel, Rabu (20/1).
Belum adanya kapal khusus untuk mengangkut sapi dari Sulsel menuju Jakarta membuat harga sapi melonjak. Sayang mahalnya biaya pengiriman ini tidak diimbangi dengan tawaran harga yang dipersiapka penjual di Jakarta. Dengan harga yang lebih masuk akal menjual sapi ke Kalimantan, peternak enggan memilih menjual sapi mereka ke Jakarta.
"Dari segi biaya dan waktu pengiriman saja berbeda, lebih murah dan cepat kalau ke Kalimantan. Untuk pengiriman ke Jakarta bisa memakan waktu 3 hari, 2 malam, sementara untuk ke Kalimantan hanya butuh waktu 1 hari, 1 malam. Pemerintah pun tidak bisa memaksa peternak menjual sapinya ke Jakarta," kata Azis.
Rencananya, lanjut Azis, tahun ini Sulsel akan mengirim 5.000 ekor sapi untuk memasok kebutuhan daging di Jakarta. Hanya saja, sampai sekarang proses pengiriminan masih menunggu kapal yang sementara dalam pembuatan oleh PT Pelni dan PT IKI. Kapal ini disebut akan dilengkapi ruang pendingin dengan kapasitas 500 ekor, yang targetnya segera selesai dan bisa digunakan pertengahn tahun 2016.
Pemerintah sendiri semakin serius pemerintah dalam menurunkan harga daging sapi diwujudkan dengan beroperasinya kapal ternak KM Camara Nusantara 1. Kapal ini ditujukan untuk mengangkut sapi sapi asal NTT dan NTB. Direncanakan pada tahun 2016 akan dibangun sebanyak 5 kapal ternak dengan biaya sekitar Rp 60 miliar untuk per unit kapalnya. Pemerintah telah menunjuk PT Pelni sebagai operator kapal ini.