Rabu 20 Jan 2016 20:04 WIB

Warga di Desa Ini Bayar Listrik Pakai Singkong hingga Bebek

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Joko Sadewo
Pembangikit Listrik Tenaga Minihidro  (ilustrasi)
Pembangikit Listrik Tenaga Minihidro (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PONOROGO -- Sekitar 600 kepala keluarga di empat desa di Ponorogo, Jawa Timur, setiap bulannya membayar tagihan listrik hanya dengan singkong, pisang, bebek, ayam, atau lainnya. Hal ini berlangsung sejak 2011 ketika pertama kali warga di Desa Andung Biru, Desa Tiril, Desa Sumber Duren, dan Desa Roto menikmati listrik di rumahnya.

Aliran listrik tersebut berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) kapasitas 40 kiloWatt (kW). Pembangkit ini merupakan bantuan dari PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN).

Sekitar 1990, desa-desa tersebut sangat gelap gulita karena ketiadaan listrik. "Saya bersama warga yang lain berinisiatif membangun PLTMH sendiri tapi kapasitasnya masih sangat kecil, hanya 16 kW dan hanya mampu melistriki beberapa puluh rumah saja," ujar salah satu warga Desa Andung Biru, M Rosid, Selasa (19/1).

Pada 2011, PGN bekerjasama dengan Universitas Brawijaya memberikan bantuan satu unit PLTMH kapasitas 40 kW. Dengan memanfaatkan aliran Sungai Pekalen, listrik yang dihasilkan mampu menerangi 600 rumah di empat desa. "Alhamdulillah, malam hari desa-desa di sini jadi terang, anak-anak bisa belajar, keluarga bisa nonton televisi setiap hari," kata Rosid bersyukur.

Di setiap rumah di empat desa tersebut terdapat meteran listrik. Setiap bulannya pemakaian listrik dicatat oleh petugas koperasi yang dikelolanya bersama beberapa warga lainnya.

Namun, kata Rosid, warga setempat membayar tagihan listrik bukan dengan uang tunai. "Tapi menggunakan hasil kebun mereka, bisa bayar pakai singkong, pisang, bahkan ada yang bayar pakai bebek, ayam dan macam-macam," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement