Selasa 19 Jan 2016 16:41 WIB

Jabar Selidiki Kenaikan Harga Ayam yang Melambung

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Andi Nur Aminah
Harga ayam potong terus melambung (ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Harga ayam potong terus melambung (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Harga daging ayam, di Jawa Barat (Jabar) hingga saat ini masih tinggi. Bahkan, pernah menembus Rp 45 ribu per kilogram. Padahal tak ada moment puasa, lebaran maupun tahun baru. Saat ini, harga daging ayam di pasaran mencapai sekitar Rp 38.650 per kilogramnya.

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan, pihaknya telah meminta dinas terkait mempelajari kenaikan harga daging tersebut. Yakni, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disindag), Dinas Peternakan (Disnak) dan Bulog.  "Harga ayam tinggi sedang kita pelajari. Kita sedang liat hulunya, pakan, doc dan di mana masalahnya," ujar Heryawan yang akrab disapa Aher kepada wartawan, Selasa (19/1).

Saat ditanya kemungkinan terjadinya bisnis kartel pada perdagangan ayam, Aher meminta Komisi Pengawas dan Persaingan Usaha (KPPU) turun tangan untuk mengantisipasi  jika diduga ada praktik kartel di tingkat hulu. Sebab, persaingan tidak sehat ini sangat berdampak terhadap harga di pasaran.

"Kalau ada nuansa kartel di tingkat pemasok pakan, DOC, KPPU harus turun. Karena persaingan menjadi tidak sehat, dampaknya ke konsumen," katanya.

Aher pun mengapresiasi Badan Urusan Logistik Jabar yang berencana melakukan operasi pasar daging ayam. "Kalau Bulog siap OP, terima kasih. Dalam waktu cepat, operasi pasar lewat penjualan ayam dengan harga-harga di bawah sekarang," katanya.

Aher mengatakan, Pemprov Jabar bersama pihak lain yang tergabung dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah Jabar saat terus berupaya menekan inflasi. Menurutnya, koordinasi dengan pihak lain terkait pengendalian inflasi di Jabar sudah berjalan baik. "Insya Allah kerja sama ini sangat bagus," katanya. 

Kendati begitu, Aher memastikan, pengendalian inflasi di Jabar dilakukan dengan tetap mendukung pertumbuhan ekonomi. Sektor riil perekonomian diharapkan tetap tumbuh meski di saat yang sama dilakukan pengendalian inflasi. "Tekan inflasi tanpa menekan kegiatan ekonomi. Justru menggairahkan ekonomi untuk menekan inflasi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement