Selasa 19 Jan 2016 04:50 WIB

Manajemen K3 di SMK Akan Diperkuat

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Winda Destiana Putri
Para siswa SMK Cakra Nusantara tengah belajar di kelas.
Foto: Irwan Kelana/Republika
Para siswa SMK Cakra Nusantara tengah belajar di kelas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan, manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) akan semakin diperkuat pada tahun ajaran 2016 nanti. Penerapannya akan lebih diperbanyak dan lebih diperbesar lagi di pertengahan tahun ini.

Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Kemendikbud, Mustaghfirin Amin mengungkapkan, sebenarnya manajemen K3 memang sudah dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan SMK.

"Namun penerapan ini baru dilakukan di 60 SMK negeri," ujar Mustaghfirin kepada Republika, Senin (18/1). Penerapan yang telah berjalan sejak 2015 ini baru dilaksanakan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) serta Jawa Barat.

Menurut Mustaghfirin, 60 SMK ini dianggap sebagai model sekolah penerapan K3. Jika penerapan di sekolah itu berjalan dengan baik, manajemen K3 kemungkinan besar bisa diimplementasikan sebagai satu model berskala nasional nantinya.

Penerapan secara nasional ini diharapkan bisa dilaksanakan pada 2017 setelah melalui berbagai evaluasi dan penyempurnaan. Pengevaluasian dan penyempurnaan ini memang perlu dilakukan agar penerapan K3 ini bisa dijalankan secara tepat berskala nasional di masa mendatang.

Pada saat ini, Mustaghfirin menjelaskan, penerapan K3 ini memang telah disesuaikan dengan Kurikulum 2013. Pasalnya, lanjut dia, terdapat istilah kewirausahaan dan hubungan kerjasama dengan industri pada kurikulum itu. Karena itu, pembelajaran K3 ini dimasukkan pada sektor tersebut.

Di samping itu, terdapat pula mata pelajaran produktif kejuruan. Oleh sebab itu, pihaknya menyampaikan agar setiap pelajaran bisa menyampaikan K3 ini. Dengan kata lain, semua jurusan perlu menyampaikan pembelajaran K3 ini kepada peserta didik SMK.

Mustaghfirin juga mengatakan, para guru/instruktur juga telah diajarkan dan dilatih perihal K3. Walaupun, tambah dia, baru beberapa guru yang telah mendapatkan pelatihan tersebut.

"Nah, nanti yang sudah dilatih ini bertugas untuk mengajarkan kolega mereka lainnya," ujar Mustaghfirin.

Sebelumnya, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) mengusulkan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dimasukkan ke kurikulum pendidikan sejak jenjang pendidikan menengah di Indonesia untuk meminimalkan kecelakaan kerja di Indonesia.

"Saat ini, masih banyak kendala untuk memasukkan K3 ke kurikulum pendidikan di Indonesia," kata Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3 Kementerian Ketenagakerjaan Muji Handaya dalam acara diskusi soal K3 di Jakarta.

Kemenakertrans berkoordinasi dengan pengelola pendidikan, terutama pengelola sekolah-sekolah kejuruan agar manajemen K3 diajarkan di sekolah-sekolah meski hanya pada kegiatan ekstrakurikuler atau di luar jam sekolah.

"Kalau di negara-negara maju, seperti Eropa, Jepang, AS, dan sebagainya, manajemen K3 diajarkan dari keluarga sampai  sekolah. Di sekolah, manajemen K3 dimasukkan ke dalam kurikulum," kata Mudji.

Muji mengatakan, di Indonesia setiap hari ada 10 orang meninggal dunia karena kecelakaan kerja. "Kalau yang meninggal itu sebagai tulang punggung keluarga, maka kalau anaknya dua tambah istrinya satu, jadi minimal ada tiga orang yang mendadak miskin karena kecelakaan kerja ini," kata Muji.

Tingkat kecelakaan kerja di Indonesia mencapai 98 ribu-100 ribu kasus per tahun. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja ini, Kemenakertrans melakukan sosialisasi manajemen K3 di sekolah-sekolah menengah dan lingkungan perusahaan secara langsung ataupun melalui media massa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement