REPUBLIKA.CO.ID, BOJONEGORO -- Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur mewaspadai curah hujan tinggi selama Februari 2016 yang berpotensi menimbulkan banjir luapan Bengawan Solo di Jawa Timur.
Curah hujan yang terjadi di wilayah Ponorogo, Madiun, Ngawi, yang airnya masuk ke Bengawan Solo, selama Februari cukup tinggi berkisar 301-400 millimeter," kata Kasi Operasi UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Mucharom di Bojonegoro, Sabtu (16/1).
Ia menjelaskan curah hujan cukup tinggi di Ponorogo dan Madiun itu mengacu laporan yang disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Malang.
Di Bojonegoro, lanjut dia, hanya sebagian daerah yang curah hujannya tinggi berkisar 301-400 millimeter yaitu daerah yang berdekatan dengan Ngawi, selama Februari 2016. Daerah di Bojonegoro selama Februari sebagian besar curah hujannya berkisar 201-300 millimeter, ucapnya menegaskan.
Begitu pula, lanjut dia, curah hujan di Bojonegoro dan sekitarnya masuk normal yakni hanya berkisar 201-300 millimeter selama Januari. Pihaknya, katanya, sudah menyosialisasikan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik dan Lamongan terkait ancaman banjir luapan Bengawan Solo.
"Kami tetap meminta seluruh BPBD di hilir, Jawa Timur meningkatkan kewaspadaan selama musim hujan," ucapnya menegaskan.
Sesuai pemantauan UPT Bengawan Solo, katanya, tanggul kritis di daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo di Bojonegoro yaitu tanggul Kali Ganggang di Desa Ngulanan, Kecamatan Dander yang mengalami longsor.
Selain itu, tanggul kanan Bengawan Solo di Desa Kabalan dan Kanor, di Kecamatan Kanor juga mengalami longsor. "Tanggul longsor yang terjadi di Bojonegoro sudah kami laporkan kepada Balai Besar Bengawan Solo di Solo, Jawa Tengah agar diperbaiki," jelas dia.