REPUBLIKA.CO.ID, Mengenaskan. Satu kata itu dirasa cukup mewakili kondisi halte Trans Metro Bandung (TMB) yang ada di Kota Bandung.
Dibangun dengan anggaran yang tak sedikit, keberadaan halte bus ini tidak didukung dengan perawatan maksimal. Kondisinya cenderung mengenaskan dengan berbagai kerusakan.
Berdasarkan pantauan Republika.co.id, banyak halte yang luput dari perawatan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung. Sampah berserakan dan kondisinya berdebu. Bahkan, sejumlah shelter TMB malah dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah. Salah satunya dapat dilihat di halte TMB di depan Pasar Kosambi. Shelter tersebut justru diisi tumpukan sampah. Republika melihat tumpukan plastik di depan shelter TMB yang tertutup parkir liar di pinggir jalan itu. Aksi vandalisme juga memperburuk tampilan halte. Ini semakin menyeramkan dengan retakan dan kaca yang berlubang.
TMB merupakan sarana angkutan masal yang dibangun Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung untuk meningkatkan minat warga beralih ke transportasi publik. Program besar ini disusul dengan pembangunan shelter busway di masing-masing koridornya.
Namun hingga kini, baru tiga koridor yang resmi beroperasi. Sementara, halte telah banyak dibangun tapi urung digunakan karena belum semua koridor beroperasi. Alhasil, halte tersebut tidak terpakai dan cenderung terbengkalai.
Sekretaris Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung, Enjang Mulyana membenarkan adanya beberapa halte TMB kondisinya memprihatinkan. Seperti, di Jalan Soekarno Hatta, Jalan Ahmad Yani, dan Jalan Pelajar Pejuang 45.
Ada beberapa hal yang membuat nasib halte tersebut tak terpegang perawatannya. Alasannya, mulai dari masih dalam proses lelang hingga anggaran. “Yang Soekarno-Hatta masih lelang investasi karena pihak ketiga tidak bertanggung jawab. Jadi, belum bisa dipegang sama Dishub. Enggak bisa kita apa-apain,” kata Enjang, Senin (11/1).
Sementara, halte di Jalan Ahmad Yani dan Pelajar Pejuang 45 tidak dapat dirawat maksimal karena terkendala anggaran. Karena anggaran daerah belum cair, Dishub belum dapat melakukan perawatan apapun.
Bukan hanya halte TMB biasa, kondisi halte kapsul juga tak kalah naas. Belum beroperasinya TMB membuat halte kapsul masih digembok. Padahal, halte ini sudah diluncurkan sejak akhir 2014 silam. Kondisinya diselimuti debu tebal ditambah coretan tak beraturan.
Kondisi ini terlihat di Jalan BKR. Halte-halte kapsul hanya menjadi pajangan lusuh yang tak jelas kegunaannya. Ditambah, pembangunannya sempat diprotes karena tidak mendukung untuk penyandang disabilitas.
Enjang mengatakan, Dishub akan memaksimalkan perawatan halte-halte tersebut, mengingat fungsinya sebagai fasilitas umum yang diperlukan masyarakat. “Akan lebih kita perhatikan, semoga enggak ada kendala,” katanya.