Kamis 14 Jan 2016 14:49 WIB

Serangan Sarinah Sudah Diprediksi Pengamat Intelijen

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Nur Aini
Petugas kepolisian melakukan pengamanan di area pos polisi yang diledakan oleh sejumlah teroris di kawasan Sarinah, Jakarta, Kamis (14/1).
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Petugas kepolisian melakukan pengamanan di area pos polisi yang diledakan oleh sejumlah teroris di kawasan Sarinah, Jakarta, Kamis (14/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangan Sarinah yang terjadi pada Kamis (14/1) rupanya telah diprediksi oleh pengamat intelijen dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, sejak akhir November 2015. Fahmi pernah menyebut kemungkinan adanya serangan teror di Jakarta. Hal itu dia katakan setelah aksi teror di  Kota Paris, Perancis pada 14 November 2015 lalu.

Lewat pesan singkatnya pada Republika.co.id, saat itu Fahmi menyebut serangan Paris dapat menginspirasi kelompok radikal untuk membuat serangan serupa di ibu kota. Terlebih, tak lama dari peristiwa Paris, Kelompok Santoso, melalui video yang tersebar di media sosial, mengancam Istana Kepresidenan Jakarta dan Polda Metro Jaya.

"Bisa saja serangan Paris menginspirasinya untuk melakukan aksi tiruan​,​ terutama di Jakarta. Apalagi video tersebut menampilkan 'klaimnya' dengan membawa bendera ISIS," kata Fahmi, pada 25 November 2015 lalu.

Fahmi menduga, bisa saja video ancaman itu dibuat sebagai gertakan saja karena posisi Kelompok Santoso tengah terjepit. Sebab, ribuan pasukan gabungan dari TNI dan Polri memang tengah melakukan operasi Camar Maleo IV di Poso untuk memburu kelompok teroris tersebut.

Meski belum ada informasi yang bisa memastikan keseriusan ancaman itu, tetapi Fahmi meminta negara tak menganggap sepele. Belajar dari serangan Paris beberapa waktu lalu, kata dia, model serangan simultan dengan senjata api dan peledak bisa terjadi di mana saja.

"Kewaspadaan memang harus ditingkatkan mengingat kita memiliki banyak sasaran empuk terhadap aksi-aksi teror bersenjata," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement