REPUBLIKA.CO.ID, SOLO — Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Solo, R Bagus Rahman Susanto, mengungapkan inflasi Solo selama 2015 lebih rendah dari target 4 persen plus minus satu persen, yakni 2,56 persen.
Demikian disampaikan dia di Solo, Selasa (12/1). Inflasi tersebut, menurut dia, karena dipengaruhi administered price, atau harga yang ditentukan pemerintah cenderung turun. Khususnya, bahan bakar minyak (BBM).
Bagus mengatakan, BBM memberi andil yang sangat besar dalam penentuan inflasi. Sebab, BBM biasanya mengerek kenaikkan harga bahan baku lain. Namun, selama setahun terakhir, pemerintah dan Pertamina cenderung menurunkan harga BBM. Sehingga menahan laju inflasi.
"Sumbangan inflasi pada 2015 paling besar disumbang oleh kelompok inti dengan andil 2,12 persen yang timbul akibat permitaan-penawaran, kurs, dan harga komoditas internasional. Volatile food cenderung stabil dengan sumbangan 0,64 persen. Sedang administered price malah menahan laju inflasi 0,2 persen," katanya menjelaskan.
Capaian inflasi ini, kata dia, lebih rendah jika dibandingkan dengan nasional yang mencapai 3,35 persen. Secara umum, bensin mengalami penurunan harga 13,19 persen disusul cabai merah turun 62,43 persen, dan cabai rawit harganya turun 37,9 persen.
Dia mengungkapkan, pada Desember 2015 inflasi di Solo naik menjadi 0,99 persen dari bulan sebelumnya 0,32 persen. Kenaikan ini dipicu naiknya beberapa harga barang komoditas. Seperti, bawang merah, cabai rawit, cabai merah, telur ayam ras, dan bawang putih yang berasal dari kelompok bahan makanan.
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau juga menyumbang inflasi 0,08 persen kemudian disusul kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang naik akibat meningkatnya harga tiket pesawat.
Pada Desember 2015 lalu, penyumbang inflasi paling tinggi adalah kelompok volatile food dengan andil 0,8 persen disusul kelompok inti 0,13 persen, dan administered price sebanyak 0,05 persen. Melalui capaian inflasi Desember tersebut, Solo menempati urutan ke 47 dari 82 kota yang dihitung indeks harga konsumen (IHK).
Ikuti Whatsapp Channel Republika