REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penerbit di Indonesia saat ini menghadapi tantangan berat. Pemerintah diharapkan mengeluarkan regulasi baru agar harga buku bisa semakin ditekan.
Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) DKI Jakarta Afrizal Sinaro mengatakan, kenaikan harga kertas dan persaingan yang ketat dengan dimulainya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). "Pemerintah bisa memberikan kebijakan kertas khusus untuk buku. Dengan begitu, maka harga buku bisa lebih ditekan lagi," kata Afrizal kepada Republika.co.id, Selasa (12/1).
Dijelaskannya, penjualan buku pada 2016 ini mengalami penurunan. Hal ini disebabkan harga buku yang mahal dan minat baca yang rendah. Mahalnya buku yang dikeluarkan penerbit Indonesia, menurut Afrizal, karena kertas yang menjadi komponen utama buku harganya terus naik.
"Setiap mau tahun ajaran baru, mau Ramadhan, dan mau pameran buku Islam itu harga kertas terus naik," ujar Afrizal menjelaskan.
Kondisi ini membuat dunia penerbitan menghadapi persaingan yang ketat. Ditambah lagi, lanjut dia, tahun ini MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) sudah masuk. Hal yang bisa dilakukan sekarang, menurut Afrizal, adalah sinergi yang baik antara industri buku dan pemerintah. Ia mengharapkan pemerintah bisa mengeluarkan suatu regulasi baru terkait permasalahan ini.
Sebagai penerbit, Afrizal mengharapkan buku yang dihasilkan bisa dibaca oleh seluruh masyarakat Indonesia. Akan tetapi, sampai sekarang, menurut dia, rata-rata buku yang yang diterbitkan hanya 3.000 eksemplar.
Terlebih sebagai penerbit buku berbasis Islam, Afrizal sangat menyayangkan permasalahan ini. Baginya, menerbitkan buku bukan hanya sebatas bisnis. Menghasilkan buku Islam juga sebagai jalan berdakwah.