REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR - Beras impor asal India dan Pakistan, yang direncanakan masuk ke Indonesia, masih belum dikenal di Bali. Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Denpasar, I Wayan Gatra mengatakan selama ini masyarakat hanya mengenal beras lokal Bali, maupun asal Banyuwangi dan Lombok. "Kalau beras impor asal Pakistan belum dikenal, baik mutu maupun harganya," kata Gatra, pada Republika.co.id, Kamis (7/12).
Gatra mengatakan jika tujuan mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, tentunya harga beras tidak lebih mahal dari yang ada sekarang. Begitu juga kualitasnya. Gatra mengatakan setidaknya harus sama dengan beras yang sudah beredar di pasaran.
Menurutnya, saat inin Bali khususnya Denpasar sebagai konsumen terbesar beras di Bali, mengadalkan beras jenis C4, beras Putri atau beras lokal Bali. Harga beras tertinggi, berada pada kisaran antara Rp 10.875 hingga Rp 11.500. "Ada juga beras organik, yang harganya Rp 20.000 per kilogram, namun belum populer," katanya.
Sementara itu mengenai harga-harga bahan kebutuhan pokok di Denpasar, khususnya beras, Gatra mengatakan masih stabil. Di Jawa sebutnya, harga memang mulai naik, karena musim hujan menjadi alasan pedagang menaikkan harga. Padahal sekarang ini justru sudah musim panen.
Dari hari pemantauan yang dilakukan pihaknya ke pasar tradisional dan distributor beras, harga masih stabil. Begitu pula dengan stok beras di distributor, dia mengatakan masih mencukupi untuk keperluan 21 hari ke depan. "Stok beras masih cukup, tidak ada masalah," kata Gatra.