Rabu 06 Jan 2016 20:26 WIB

DPR Dukung Diplomasi Damaikan Saudi-Iran

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Ilham
 Anggota Komisi I Bidang Luar Negeri DPR RI, Ahmad Zainuddin mendukung penuh langkah diplomasi Indonesia dalam menengahi konflik Arab Saudi - Iran.
Foto: dokpri
Anggota Komisi I Bidang Luar Negeri DPR RI, Ahmad Zainuddin mendukung penuh langkah diplomasi Indonesia dalam menengahi konflik Arab Saudi - Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia melakukan kebijakan proaktif melalui upaya diplomatik untuk mendamaikan konflik antara Arab Saudi dengan Iran. Upaya diplomasi juga dilakukan terhadap Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan Amerika Serikat yang berpengaruh besar di kawasan.

Anggota Komisi I Bidang Luar Negeri DPR RI, Ahmad Zainuddin mendukung penuh langkah diplomasi Indonesia dalam menengahi konflik di Timur Tengah saat ini. Menurutnya, sikap tersebut sesuai dengan amanah UUD di mana Indonesia harus terlibat aktif dalam upaya mewujudkan ketertiban dunia.

Menurut dia, Indonesia merupakan negara demokrasi muslim terbesar di dunia sehingga sudah seharusnya memberikan pengaruhnya sebagai mayoritas muslim moderat kepada dunia Islam. Indonesia harus berperan terkait konflik-konflik yang ada di luar negeri.

"Umat Islam di sini saya yakin juga mendukung penuh sikap Pemerintah Indonesia. Indonesia harus berperan besar dalam perdamaian dunia, khususnya dunia Islam," kata Zainuddin di Jakarta, Rabu (6/1).

Wakil Ketua Fraksi PKS MPR RI ini mengatakan, konflik di Timur Tengah menjadi episentrum masalah global dan dunia Islam. Karena itu, diplomasi yang dilakukan pemerintah sebaiknya tidak hanya meminta kepada masing-masing pihak berkonflik untuk menahan diri. Namun Indonesia perlu memberikan tawaran ataupun solusi alternatif yang menguntungkan dan dapat diterima kedua pihak.

Pria jebolan Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam-Arab (LIPIA) ini mengatakan, Arab Saudi dan Iran merupakan dua negara dengan kekuatan militer terkuat di kawasan Timur Tengah. Konflik keduanya dapat mempengaruhi dunia Islam secara umum, baik di Timur Tengah maupun di kawasan lainnya. "Konflik Arab Saudi-Iran menggambarkan perseteruan sunni-syiah yang berakar sejarah sangat lama."

Zainuddin mengingatkan, saat terjadi perang Irak-Iran tahun 1980an, dampak konflik sunni-syiah juga menyebar di wilayah lain di dunia Islam. Negara-negara yang berseteru mempunyai sekutu masing-masing di Timur Tengah. Irak di bawah Saddam Husein saat itu menjadi ikon bagi negara Sunni. (Irak akan Mediasi Saudi-Iran).

Penyelesaiaan Arab Saudi-Iran penting dilakukan pemerintah agar tidak berdampak kepada stabilitas kerukunan umat Islam di Tanah Air yang selama ini terjaga. "Pemerintah juga harus mengambil langkah-langkah antisipatif di dalam negeri karena umat syiah di Indonesia juga tidak sedikit. Persatuan umat dan NKRI harus dikedepankan," kata dia.

Zainuddin juga mengapresiasi sikap tegas Indonesia yang tidak bergabung ke dalam aliansi militer bentukan Arab Saudi untuk menangani terorisme. Menurutnya, keterlibatan dalam aliansi-aliansi militer seperti yang dibentuk Arab Saudi bertentangan dengan prinsip politik luar negeri Indonesia yang Bebas-Aktif.

Justru, kata dia, seharusnya Indonesia yang membangun aliansi khas di dunia Islam dalam menangani terorisme mengingat Indonesia adalah negara dengan jumlah Muslim terbesar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement