REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pemerintah Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) optimistis menatap persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Sebab, Sumbar sudah lama mensosialisasikan persaingan apa saja yang akan dihadapi para pelaku UMKM/UKM dalam MEA.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumbar, Mudrika menuturkan, Sumbar akan menonjolkan kerajinan sebagai produk unggulan. "Kalau untuk MEA, Sumbar sudah siap," katanya kepada Republika.co.id, Selasa (5/1).
Industri kerajinan di Sumbar, menurutnya, sangat mampu bersaing dengan produk-produk dari luar negeri. Sebab, industri di Sumbar dibuat dengan metode individu atau headmade, bukan massal. Inilah yang menjadi nilai tambah produk kerajinan dari Sumbar. Kendati, persaingan dari segi harga barang, produk dari luar negeri terbilang jauh lebih murah.
"Tapi kita sudah membekali masyarakat kita untuk membeli barang-barang yang mencintai produk sendiri atau produk Indonesia," katanya. (Arsitek Indonesia tidak Khawatir Hadapi MEA).
Kendati masih menggunakan metode konvensional, Mudriya yakin kerajinan Sumbar tetap mampu bersaing memenuhi permintaan MEA. Metode konvensional, menurutnya, akan membuat nilai suatu produk lebih terkesan atau eksklusif.
"Kita tetap ada (produksi kerajinan), tapi tak perlu produksi besar-besaran, kita tetap jalan terus. Tanpa harus memaksakan tidak perlu beli-beli mesin," katanya.
Mudrika menjabarkan, sangat banyak produk unggulan kerajinan asal Sumbar, salah satunya, songket, bordir, dan sulaman. Sementara untuk produk makanan, ia mengatakan, Sumbar mempunyai produk unggulan seperti krupuk pedas, rendang, dan masih banyak lagi.
"Kalau kuliner kita semua fresh, tak ada masalah. Untuk SDM sudah disosialisasikan dari dulu, jadi optimislah," kata dia menambahkan.