REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penerimaan negara di sektor minyak dan gas bumi sepanjang 2015 kemarin sebesar 12,86 miliar dolar AS. Angka ini 85,8 persen dari target yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015 sebesar 14,99 miliar dolar AS.
Kepala Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi menjelaskan, penurunan pemasukan bagi negara ini paling besar dipengaruhi oleh penurun harga minyak dunia. Di samping itu, pemerintah masih harus menanggung cost recovery yang sudah tercatat sebelumnya.
"Namun cost recovery tidak bisa langsung turun. Karena cost recovery kan pengeluaran yang sebelumnya sudah dibayarkan oleh KKKS lalu dicatat. Nah kenapa cost recovery tidak mudah turun karena pengeluaran sudah terjadi di waktu yang lalu," kata Amien kepada awak media, Selasa (5/1).
Dengan rendahnya harga minyak dunia Amien juga mengingatkan kepada kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk kelakuan penghematan dari sisi capital expenditure (capex) dan operational expenditure (opex) demi bertahan atas lesunya industri hulu migas. Bahkan, Amien meminta kepada KKKS untuk mereview ulang kegiatan proyek yang nilai keekonomiannya terpengaruh harga minyak dunia yang merosot.
"Juga optimasi pemboran, review ulang kegiatan proyek yang keekonomiannya terpengaruh harga minyak. SKK Migas melihat dan membuat kebijakan yang membuat kapasitas nasional tentunya keberpihakan pada kapasitas nasional sangat perlu," ujar Amien.
Berdasarkan data SKK Migas, sepanjang 2015 kemarin baru 55 sumur eksplorasi yang berhasil dibor dari target awal 157 sumur eksplorasi, atau hanya 35 persen target yang tercapai. Kendala yang dihadapai untuk melakukan eksplorasi, lanjut Amien, antara lain adalah evaluasi subsurface atau bawah permukaan yang terkendala, izin pembahasan lahan, proses pengadaan, dan persiapan lokasi eksplorasi yang terhambat.