REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Purna Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr. Zaenal Abidin mengatakan, hanya pemerintah yang selalu mengaku siap dalam mengahadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Sementara seluruh rakyat, termasuk para dokter tidak siap.
"Kalau saya lihat hanya pemerintah saja yang siap menghadapi globalisasi perdagangan bebas itu. Namun, rakyat tidak siap. Jadi, pemerintah siap, rakyatnya tidak dipersiapkan untuk bertarung," kata dr. Zaenal saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (5/12).
Menurut dr. Zaenal, para pendiri bangsa Indonesia sudah terlanjur membuat UUD 1945 yang di dalamnya menegaskan bahwa negara wajib melindungi segenap warga Indonesia. Karena itu, kata dia, MEA sangat bertentangan dengan konstitusi negara Indonesia.
"IDI jauh-jauh hari telah menolak MEA itu, karena itu bertentangan dengan semangat dasar negara. Itu alasannya, bukan karena takut bersaing. Walapun, negara juga tidak mempersiapkan kita untuk bersaing," ucapnya.
Ia menambahkan, gloalisasi bukanlah persoalan perorangan, tapi persoalan kelompok ekonomi, teknologi, dan informasi. Semua itu, kata dia, belum dimiliki rakyat Indonesia.
"Dokter mereka dimodali oleh negaranya dan perusahannya dan masuk ke kita. Emang kita punya? Nggak ada. Negara mereka ikut campur tangan, tapi kita dilepas," katanya menjelaskan.
Menurut dia, negara Singapura dan Malaysia lebih kuat dibandingkan dengan Indonesia di sektor kesehatan karena kedua negara tetangga tersebut mempunyai modal.
"Ini pertandingan ber-grup antar bangsa. Jadi dia tidak datang pribadi, dia datang dalam bentuk grup yang punya modal, melawan kita yang sendiri-sendiri," katanya menegaskan.
Ia melanjutkan, orang Indonesia masih banyak yang berobat ke luar negeri karena teknologi mereka lebih bagus dari pada teknologi kedokteran di Indonesia. Padahal, kata dia, orang Indonesia sebenarnya juga bisa mengobati berbagai macam penyakit, hanya saja alatnya tidak memadai.