REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Satya mengatakan,
fenomena El Nino mulai terjadi pada Agustus dan puncaknya November.
"Sekarang mulai menurun walaupun fenomena itu sekarang masih dikategori kuat intensitasnya, itu diperkirakan menurun sampai April-Mei menjadi normal kembali," katanya kepada Republika, Senin (4/1).
Saat ini, karena Indonesia sudah memasuki musim penghujan maka dampak El Nino sudah tidak terasa lagi. Ia menyatakan, semakin kecil intensitasnya, maka dampaknya juga semakin tidak terasa.
Terkait peta potensi ancaman El Nino, Andi mengatakan, peta itu mengenai peringatan dini yang tentunya berkaitan dengan dampak.
"Karena Indonesia bukan tempat terjadinya El Nino, tapi kami melalui kerjasama internasional bisa melakukan prediksi dengan data internasional, prediksi itu kita sudah mampu," lanjutnya.
Ia menambahkan, bicara peralatan yang dimiliki BMKG untuk memprediksi El Nino, saat ini sudah cukup. Namun, masih perlu ditingkatkan lagi jika melihat eilayah-wilayah terpencil.
Kepala Bidang Informasi Iklim BMKG Evi Lutfiati mengatakan, intensitas kuat El Nino telah terjadi hingga akhir tahun lalu, namun diprediksi akan meluruh atau menurun intensitasnya sehingga pada April sudah menuju kondisi normal.
"Walaupun masih ada, tapi April sudah pada kondisi normal, jadi nggak perlu khawatir. Sekarang lagi musim hujan," ucapnya.