Ahad 03 Jan 2016 09:09 WIB

Luas Kebun Kopi di Jabar Terus Meningkat

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Winda Destiana Putri
Secangkir kopi hitam
Foto: pexels
Secangkir kopi hitam

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Lahan perkebunan di Jawa Barat saat ini, berdasarkan data BPS mencapai 494.900 hektare atau 13,28 persen dari luas total wilayah Provinsi Jawa Barat 3,7 juta hektare.

Menurut Kepala Dinas Perkebunan Jawa Barat, Arief Santosa, luas lahan kebun kopi Jabar terus mengalami peningkatan.

Arief mengatakan, pada 2008 luasnya mencapai 26.000 hektare, sementara tahun 2014 bertambah menjadi 32.486 hektare yang tersebar di 18 kabupaten/kota di seluruh Jawa Barat. Selain itu, dari sisi produksi juga terus mengalami peningkatan. Pada 2008, mampu menghasilkan 9.840 ton kopi maka pada tahun 2014 mampu mencapai produksi hingg 12.943 ton.

"Khusus mengenai komoditas kopi di Jawa Barat perkembangannya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan," ujar Arief kepada wartawan akhir pekan lalu.

Menurut Arief, peningkatan tersebut dari aspek budidaya, aspek pengolahan, serta aspek peningkatan pasar sekaligus konsumsi per kapita per tahunnya. Untuk terus menggenjot produksi perkebunan kopi, Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah membagikan benih kopi unggul kepada para petani hingga 6 juta benih.

Pada 2014 lalu, kata dia, dibagikan 1 juta benih kopi kepada 62 kelompok tani yang tersebar di 6 kabupaten. Yakni, Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Sumedang, Garut, Sukabumi, dan Cianjur. Sementara pada tahun 2015 ini disalurkan 2 juta benih kopi kepada 65 kelompok di 11 kabupaten. Yakni, Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Garut, Majalengka, Sukabumi, Sumedang, Cianjur, Kuningan, Tasikmalaya, Ciamis, dan Subang.

Mengawali tahun 2016, menurut Arief, Pemprov Jawa Barat kembali akan membagikan benih kopi hingga 2 juta benih pohon. Selain pada 2017 nanti rencanya akan dibagikan 1 juta benih pohon kopi. Dengan bantuan benih pohon kopi ini, akan semakin menambah luas lahan perkebunan kopi di Jawa Barat hingga 35.486 hektar.

Sementara dari aspek usaha tani, kata dia, pada  2008 ada 110.864 orang petani. Namun, pada 2014 meningkat menjadi 113.766 orang.

Arief mengaku, dari aspek pengolahan dan nilai tambah pada 2008 sebagian besar para petani kopi belum bisa melakukan pengolahan biji kopi sampai dengan siap saji. Namun, akhir-akhir ini hampir sebagian besar para petani kopi telah mampu melakukan pengolahan dengan berbagai kreatifitasnya.

"Bahkan banyak diantara mereka sudah mengembangkan industri skala rumah tangga dan sudah mampu membentuk usaha kedai kopi," kata Arief.

Jawa Barat pun, kata dia, patut berbangga karena saat ini Jabar juga lebih dikenal sebagai produsen kopi unggul dengan cita rasa khas Kopi Java Preanger yang dicintai para penikmat kopi baik dari dalam ataupun luar negeri. Untuk mengembangkan jenis kopi di Jabar, Dinas Perkebunan Jawa Barat tengah melakukan pelestarian plasma nutfah kopi unggul Jabar melalui identifikasi dan uji cita rasa terhadap 6 varietas Kopi Buhun yang menghasilkan 3 jenis Kopi Buhun dengan tingkat cita rasa “execellent “atau di atas “good” dan “very good”.

Sebagai produsen kopi unggul, kata Arief, diharapkan industri kopi Jawa Barat akan terus berkembang dengan didukung oleh masyarakat yang bisa mencintai dan mengkonsumsi kopi dengan baik dan benar. Pemerintah pun akan terus mendorong masyarakat agar bisa mengembangkan industri kopi ini, melalui pembangunan gerai atau kedai kopi di Jawa Barat.

Menutup tahun 2015 lalu, kata dia, Pemerintah Provinsi Jawa Barat  membagikan dua juta benih pohon Kopi Arabika Java Preanger kepada para petani di Jawa Barat. Benih tersebut, tahun ini diberikan pada 65 kelompok tani dari 11 kabupaten di Jawa Barat. Setiap benih kopi yang dibagikan bersertifikat, sehingga menjadi benih kopi yang unggul baik dari sisi umur, proses pembuahan, hingga jumlah, dan ukuran buah yang dihasilkan.

Sementara menurut Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, tanaman kopi ini bisa dipanen hanya dalam waktu 11 bulan dari waktu normal 3 tahun masa tanam. Heryawan mengatakan, pembagian benih kopi gratis ini merupakan upaya Pemprov Jawa Barat mendorong pengembangan produk perkebunan yang dimulai dari hulunya.

Untuk memperbanyak masyarakat penanam kopi, kata dia, para petani-petani rakyat perlu didorong, diberi subsidi. Namun, subsidinya bukan subsidi uang, tapi subsidi bibit yang sudah unggul.

"Sebab kalau subsidi uang boleh jadi salah, malah nanti tidak dibelikan bibit atau dibelikan bibit tapi salah - bukan bibit unggul," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, agar terjamin bibit unggul sampai ke masyarakat maka Pemerintah Provinsi membibitkan bibit unggul tersebut kemudian dibagikan.

"Tinggal nanam saja masyarakat kita. Mudah-mudahan dengan cara ini subsistem hulu diperbanyak tanamannya maka dihilir nanti (produksinya) semakin banyak," katanya.

Potensi yang dimiliki bibit unggul kopi yang dibagikan ini, kata dia, mencapai 600 ribu hektare dengan produksi ideal per hektarnya bisa menghasilkan 2 ton kopi. Namun, produksi tersebut masih bisa ditingkatkan hingga 3 ton per hektarenya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement