Jumat 01 Jan 2016 19:12 WIB

Sampah Liar di Sleman Dinilai Sulit Dihilangkan

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Sampah
Foto: RTC/Rifa Nurfauziah
Sampah

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Sejumlah titik pembuangan sampah liar di Kabupaten Sleman dinilai sulit dihilangkan. Pengakuan ini disampaikan Kepala Bidang Kebersihan dan Pertamanan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sleman, Indra Darmawan mengingat banyaknya keluhan sampah liar dari warga.

Di antaranya dari pihak pengelola Sekolah Al-Azhar. “Kami dikirimi surat kalau di pinggir sungai Code samping Al-Azhar itu ada penumpukan sampah liar. Sepertinya yang membuang sampah itu warga,” ujarnya, Jumat (1/1).

Selain itu, ada pula tumpukan sampah dekat Ambarukmo Plaza. Indra mengatakan, titik penyebaran sampah liar tersebut sulit dikendalikan. Sebab pembuang sampah terkadang tidak diketahui dan bukan merupakan warga setempat.

Selain di dua tempat tersebut, menurut Indra sampah liar biasanya menumpuk di pinggir jalan dan bantaran sungai. Guna menekan jumlah sampah liar, BLH membentuk kelompok pengelola sampah mandiri (KPSM) berbasis masyarakat yang tersebar di 17 kecamatan.

Keberadaan KPSM pun dinilai cukup signifikan terhadap penurunan jumlah sampah. Bahkan Indra menyebut sampah rumah tangga di Kabupaten Sleman berkurang 50 persen setelah dengan adanya KPSM. Saat ini jumlah KPSM di Sleman sendiri mencapai 196 unit.

Sistem pengelolaan di KPSM sendiri terdiri dari beberapa bentuk, di antaranya bank sampah. Melalui sistem ini pengangkutan sampah oleh BLH pun lebih terorganisir. Sebab sampah akan dikumpulkan pada satu tempat dan dipilah terlebih dulu sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).

“Keberadaan KPSM ini hasilnya jelas. Maka itu ke depannya kita akan mendorong agar kelompok ini bisa semakin berkembang,” kata Indra. Ia pun meyakini, selama suatu wilayah belum memiliki KPSM, maka wilayah tersebut akan menghasilkan sampah dalam jumlah tinggi.

Meski begitu, pengembangan KPSM masih fokus di wilayah perkotaan. Seperti di Ngaglik, Godean, Mlati, dan Depok. Sehingga, walau tersebar di seluruh kecamata, tidak setiap desa dan pedukuhan memiliki kelompok pengelola sampah berbasis masyarakat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement