Senin 28 Dec 2015 15:41 WIB

Harga Sembako Naik Sudah Jadi Tradisi Tahunan

Rep: c30/ Red: Karta Raharja Ucu
Suasana aktifitas pedagang Sembako di pasar Tradisonal, Tebet, Jakarta, Selatan, Jumat (26/6).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Suasana aktifitas pedagang Sembako di pasar Tradisonal, Tebet, Jakarta, Selatan, Jumat (26/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kenaikan harga sembilan bahan pokok (sembako) dinilai menjadi tradisi menyambut Natal dan tahun baru.

Pantauan Republika.co.id, Senin (28/12), sejumlah harga sembako di Pasar Minggu, Jakarta Selatan mengalami kenaikan. Seperti minyak, telor, gula, cabai, bawang, dan tomat.

Kasiri (50 tahun), pedagang di Pasar Minggu mengatakan, kenaikan sembako tersebut disebabkan karena pasokan kurang. "Biasanya kan sayuran banyak datang dari Jawa, nah di sana itu hujannya masih kadang-kadang, masih banyak juga beberapa daerah yang kemarau," ujar Kasiri di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (28/12).

Ia pun menapik kenaikan harga karena dari pedagang lantaran Natal dan tahun baru. Menurut dia, kenaikan ini sudah tradisi setiap tahun jadi antara penjual dan pembeli sudah saling mengerti. Hanya saja, Kasiri mengakui jika para pembeli banyak yang mengurangi jumlah belanjaan.

"Kalau murah mereka beli bisa satu kilogram cabe, kalau mahal kayak gini paling cuma beli seperempat," ujar wanita asal Jawa Timur ini.

Jumlah pembeli pun menurun. Jika saat harga murah, kata dia, pembeli bukan saja dari pelanggannya namun juga dari pengunjung pasar yang lalu lalang. Tetapi bila harga sembako naik seperti ini, Kasiri mengaku pembelinya hanya sebatas pada pelanggannya saja.

"Paling cuma warung makan, penjual gorengan, sama ibu rumahan," ucap dia.

Adapun harga-harga sembako yang naik di antaranya bawang merah Rp 28 ribu menjadi Rp 32 ribu, cabe keriting Rp 35 ribu menjadi Rp 40 ribu, cabe rawit Rp 37 ribu menjadi Rp 40 ribu, bawang putih Rp 24 ribu menjadi Rp 27 ribu.

Selain itu harga yang juga merangkak naik hingga tahun baru seperti tomat Rp 8.000 rupiah menjadi Rp 10 ribu, kol Rp 8.000 ribu menjadi Rp 10 ribu, dan wortel  dari Rp 10 ribu menjadi Rp 12 ribu.

Pendapat serupa disampaikan Samira (47) yang juga mengalami penurunan jumlah pembeli. Menurutnya, biasanya dia jualan sejak pukul 05.00 WIB sampai pukul 08.00 WIB barang dagangannya sudah banyak yang ludes. Tapi hingga pukul 09.30 WIB saat ini Samira masih mengaku baru beberapa pelanggan saja yang datang.

Belum lagi tambah Samira, kalau sembako yang melambung itu seperti sayuran yang mudah layu dan busuk seperti timun. Dia mengaku banyak rugi jika timun tersebut terbuang sia-sia. "Tapi alhamdulillah, harga timun lagi turun, dulu Rp 8.000 ribu sekarang Rp 3.000 ribu perkilo," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement