REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Seratusan wisatawan domestik memadati lokasi bunga Rafflesia arnoldii mekar di kawasan Hutan Lindung (HL) Bukit Daun, Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu. Seperti yang terlihat pada Kamis, bagian besar pengunjung tersebut belum pernah melihat langsung bunga rafflesia di habitatnya, sehingga mereka sangat antusias bertemu bunga langka itu.
"Selama ini hanya lihat fotonya di majalah, kalender dan google, sekarang bisa melihat langsung, sangat mengagumkan," kata Tika Agustin, di lokasi bunga mekar.
Wisatawan asal Bandung, Jawa Barat, yang tengah berlibur ke Bengkulu itu mengatakan bahwa bunga Rafflesia yang menjadi ikon Provinsi Bengkulu sangat layak untuk dijadikan objek wisata.
Apalagi, menurutnya, tempat tumbuh bunga tersebut relatif mudah dijangkau oleh masyarakat dan lokasinya sangat strategis berada di kawasan hutan yang merupakan jalur lintas antarkabupaten dan kota serta menghubungkan Bengkulu dengan Provinsi Sumatera Selatan.
"Kalau bisa ditata lagi sehingga lebih ramah pengunjung dan titik tumbuh ini dirawat dan dijaga," katanya.
Sementara Berlian, pengunjung asal Kota Bengkulu juga mengaku baru pertama kali menyaksikan bunga rafflesia mekar di habitatnya.
Sebagai warga Bengkulu, menurut dia, sangat disayangkan bila belum pernah menyaksikan langsung bunga rafflesia tumbuh mekar di hutan tropis daerah itu. "Apalagi mekar dua bunga sekaligus, ini sangat jarang terjadi," katanya.
Sementara Juanda, warga yang menemukan dan menjaga lokasi bunga rafflesia itu, mengatakan bahwa setiap hari lebih dari seratusan orang yang berkunjung untuk melihat bunga tersebut. "Kalau cuaca cerah biasanya lebih banyak lagi pengunjung, kebetulan sekarang lagi musim hujan," katanya.
Ia mengatakan bahwa dua bunga yang mekar di lokasi tersebut masih dapat dinikmati hingga tiga hari ke depan.
Pantauan di lokasi bunga mekar yang berjarak 47 kilometer dari Kota Bengkulu, sejumlah pengunjung sangat antusias menyaksikan bunga langka endemik Sumatera itu.
Jarak lokasi bunga mekar dari jalan raya hanya 15 meter dan kelompok masyarakat yang menjaga bunga tersebut sudah membuat jalan setapak dan pagar kayu sebagai pegangan untuk memudahkan menuruni tebing ke lokasi bunga tersebut.
Untuk melindungi bunga dari gangguan satwa dan memudahkan pengawasan dari perlakuan tak wajar dari pengunjung, mereka memagari dua bunga tersebut dengan kayu.