REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Desa wisata religius Bubohu, Bongo, Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo ramai dipadati warga Gorontalo yang memanfaatkan hari libur Maulid Nabi Muhammad SAW, Kamis (24/12). Sejak pagi hingga sore hari ratusan pengunjung bergantian mendatangi salah satu lokasi wisata yang memiliki suasana alam yang indah serta dilengkapi kolam renang, wombohe (gubuk), puluhan burung merpati, koleksi fosil kayu dan silsilah kerajaan Bongo tersebut.
Ridhania Mahardika, salah seorang pengunjung mengatakan, ini merupakan kunjungan pertama kalinya ke Desa wisata religius Bubohu. Dia datang ke tempat itu bersama teman-teman kuliahnya. "Tempat ini indah, dengan alamnya yang masih sangat asri, pengunjung juga dapat bersantai di gubuk yang tersedia tanpa harus membayar, selain itu pengunjung juga dapat bermain bersama puluhan burung merpati, disni juga terdapat kolam renang dari sumber mata air, Lokasi ini sangatlah patut untuk dikunjungi," katanya.
Hal serupa dikatakan Lulu, seorang mahasiswa salah satu universitas di Kota Gorontalo yang sudah tiga kali datang ke lokasi wisata itu. "Ini kan hari Maulid Nabi Muhammad, kebetulan setiap perayaannya, disini selalu ramai, jadi saya dan teman-teman datang kesini. Ada tradisi walima yang nanti akan digelar di sini dan selalu ramai setiap tahunnya, di lokasi ini selain bersantai saya juga memotret burung merpati, bunga dan wombohe," ungkap Lulu.
Sementara itu, pengelola Desa wisata religius Bubohu, Bongo, Hasan Rahim mengatakan, saat libur atau pun akhir pekan seperti Sabtu dan Ahad, lokasi wisata tersebut selalu dipadati pengunjung dari kabupaten Gorontalo maupun kota Gorontalo.
"Bongo selalu memiliki daya tarik bagi pengunjung yang datang kesini, selain alamnya yang asri, di sini juga ada ratusan fosil kayu yang kami pamerkan selain foto dan informasi mengenai silsilah kerajaan Bongo," katanya.
Setiap pengunjung yang datang ke desa ini tidak dipungut biaya. Namun diharapkan memasukkan kelereng ke dalam sebuah kotak sebagai penanda jumlah pengunjung yang datang. Setiap tanggal satu, kelerang tersebut dihitung untuk mengetahui jumlah pengunjung yang datang ke desa tersebut.