Kamis 24 Dec 2015 17:53 WIB

Bengkulu Jadi Pusat Iklim Dunia

Red: Nur Aini
Kota Bengkulu
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Kota Bengkulu

REPUBLIKA.CO.ID,BENGKULU -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengemukakan, berdasar penelitian baru-baru ini, Provinsi Bengkulu dinilai merupakan pusat iklim dunia.

Ketua Tim Peneliti iklim Benua Maritim Indonesia (BMI) BPPT, Fadli Syamsudin mengatakan kajian tersebut didasari kondisi Bengkulu menjadi pusat terbentuknya awan hujan. "Bisa dikatakan begitu. Untuk Indonesia, pusat iklim di Bengkulu, sedangkan Benua Maritim Indonesia memberi pengaruh penting terhadap iklim dunia," kata dia di Bengkulu.

Oleh sebab itu, BPPT melakukan penelitian iklim di Bengkulu dari 9 November hingga 25 Desember 2015 terkait dampak iklim global dari perubahan iklim di Bengkulu. "Bersama kami, terdapat enam peneliti dari BPPT-nya Jepang dan satu dari BPPT-nya Prancis," kata dia.

Jika dilihat dari hasil sementara penelitian, awan hujan di Indonesia sebagian besar terbentuk di Bengkulu. Awan tersebut bergerak menyebar ke seluruh Benua Maritim Indonesia dan negara-negara lain di dunia.

"Pada umumnya awan yang terbentuk berupa awan Cumulonimbus (cb)," kata dia.

Fadli menjelaskan Bengkulu menjadi pusat iklim karena pengaruh kondisi perairan dan topografi wilayah yang menjadi lokasi awal proses terbentuknya awan hujan. "Bukan Sumatera Barat, atau atau daerah Jawa lainnya yang menjadi pusat, tetapi Bengkulu, karena tidak ada kepulauan di perairan Bengkulu," katanya. Sehingga, perairan di Provinsi Bengkulu menjadi tempat pertemuan empat arus laut yang akhirnya menjadi daerah tempat proses terjadinya penguapan pembentukan awan hujan yang menjadi musim hujan atau kemarau dan mempengaruhi iklim dunia.

Arus laut yang pertama, dinamakan arus Musim Sepanjang Tahun yang bergerak dari perairan Provinsi Aceh, menuju Sumatera Barat dan berakhir di perairan Bengkulu atau bergerak dari barat laut ke tenggara.

Arus tersebut bertemu dengan arus Lintas Indonesia yang bergerak dari selatan Pulau Jawa. Arus Musim Indonesia dari Selat sunda, dan arus Katulistiwa Selatan yang berasal dari Samudra Hindia.

"Dari pertemuan arus tersebut terjadi putaran air dan membentuk awan hujan cukup besar," kata Fadli.

Penelitian dilakukan di perairan Bengkulu menggunakan sejumlah teknologi yang dibawa dengan kapal oleh para peneliti. Di daratan Bengkulu juga dilakukan penelitian menggunakan radar dan balon udara untuk melihat proses terbentuknya awan. "Tim peneliti menemukan proses yang cukup kompleks dari pembentukan cuaca di Bengkulu, tidak seperti daerah atau negara lain," katanya.

Temuan tim antara lain seperti pola pembentukan awan hujan yang tidak biasa. Awan terbentuk tidak sesederhana seperti yang terjadi di daerah lain. "Contohnya, arah angin yang tidak biasa, di atas mengarah ke barat sedangkan di bawah ke timur. Ini menjadi salah satu yang mempengaruhi pembentukan awan hujan," ujarnya.

Hasil penelitian secara resmi akan dirilis pada Januari 2016. Saat ini hasil penelitian sedang dianalisa di BPPT. Pada 2016 atau 2017 kembali akan dilakukan penelitian tentang iklim di Bengkulu, menindaklanjuti hasil penelitian 2015.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement